Tami mendapat email dari Sekar malam itu. Email wanita itu bukanlah berisi sapaan hangat atau sekedar menanyakan kabar Tami yang berada jauh dari keluarga. Melainkan berisi kalimat yang menurut Tami lagi-lagi merrndahkan dirinya, dengan mengingatkan jika Tami harus segera lulus agar tidak semakin menyusahkan keluarga. Sekar juga berpesan agar Tami jangan bermain-main saja dan membuat onar selama tinggal jauh dari keluarga. Sekali lagi wanita itu juga menekankan jika sebagai wanita di keluarga Bagaskara, Tami tidak akan pernah dihargai jika tidak bisa berhasil dalam hidupnya.
Tami pun membalas email itu sekedarnya saja. Tami sudah jauh lebih kuat saat ini. Dia bahkan sudah memikirkan bagaimana skenario yang bagus untuk membuat pengakuan bahwa selama ini ia kabur dan tidak berkuliah di Cambridge sesuai keinginan keluarga. Tetapi sebelum itu, ia harus memyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu dan mencapai hasil yang memuaskan. Karena Tami yakin dengan ilmunya yang ia miliki ia bisa memimpin peeusahaan Bagaskara nantinya serta mengambil alih perusahaan sang ibu yang dikelola oleh Sekar setelahnya.
Tujuan Tami berkuliah di sini karena selain ingin seperti ibunya, ia juga ingin kembali mengambil perusahaan yang ibunya dirikan bersama sang ayah yang dikelola oleh Sekar. Bukan serakah, hanya saja jika ditanya, Tami lebih menyukai memimpin perusahaan orangtuanya dibanding harus meneruskan perusahaan keluarga Bagaskara. Karena baginya berada di sana seperti kembali menelusuri jejak kenangan yang pernah ia rasakan bersama orang tuanya. Ia adalah saksi hidup bagaimana sulitnya mereka berdua membangun perusahaan itu.
Selesai membalas email, Tami memilh keluar dari kamr untuk bergabung bersama teman-temannya yang lain. Benar dugaan Tami, suara berisik sejak tadi pasti karena ulah teman-temannya dan terbukti, di ruang televisi sudah berkumpul lengkap para penghuni kos. "Sini, Mi," ucap Randu sambil menepuk kursi kosong diantara dia dan Derby. Sudah dapat dipastikan jika Tami akan menjadi sanggahan kepala mereka berdua.
Tami baru saja melangkah mendekat ke arah Randu, tetapi kursi yang awalnya kosong itu tiba-tiba sudah terisi oleh Tama yang langsung berpindah tempat dengan cepat. Tami bisa melihat bagaimana wajah kesal Randu dan Derby saat itu. Sementara Tama hanya memasang wajah datarnya tanpa menganggap tatapan kesal mereka. Akhirnya Tami duduk di sebelah Didam yang saat itu asik mengetikkan pesan di ponselnya entah dengan siapa.
Di tengah acara menonton film, tampak adegan di mana ada seorang wanita yang dimarahi oleh pacarnya karena dianggap selalu menyusahkan dan lemah. Melihat itu entah kenapa membuat emosi Tami sedikit naik. "Emang cewek selalu nyusahin apa? Gak semua cewek itu lemah kali," komentar Tani atas tayangan yang ia tonton. Tami sadar ia dikepungvoleh pria-pria saat ini yang mungkin akannmembantah ucapan Tami, tetapi dia tidak peduli.
"Bener, Mi. Gak semua cewek itu lemah." Ucapan Derby membuat Tami menoleh. Ia tidak menyangka ada yang sepemikiran dengannya.
"By, kalau menurut lo cewek bisa gak sih sekuat cowok?" tanya Tami random. Mungkin itu efek dari email yang ia dapatkan dari Sekar.
"Bisa aja, Mi. Gak selalu kok laki-laki lebih kuat dari cewek," ucap Randu.
"Bahkan teekadang bisa lebih kuat dari cowok kali, Mi." Didam kali ini berpendapat. Tami sampai terkesiap dibuatnya. Ia tidak menyangka, jika teman-temannya yang merupakan pria bisa berpikiran seperti itu.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...