Bab 90

26 17 1
                                    


Rendra bersama dengan Syarif dan Soraya baru saja sampai di rumah keluarga besar mereka. Sebenarnya Syarif merasa keberatan jika harus meninggalkan Tami sendirian, ia ingin mengetahui kondisi Tami saat ini. Tetapi Rendra mengatakan jika ia harus istirahat terlebih dahulu, pria itu juga mengingatkannya akan kondisi Syarfi yang memang tidak sehat. Perkataan keponakannya itu mendapatkan dukungan dari sang adik Soraya, wanita itu juga memintanya untuk pulang ke rumah orang tua mereka, sementara Tami di jaga oleh Sheryl.

Namun, ketika mereka masuk ke dalam rumah yang saat itu ditempati oleh Sekar, ekspresi Rendra tiba-tiba saja berubah. Pria itu menatap Sekar dengan tatapan yang sama seperti ketika ia menatap Aufar tadi.

Sementara Sekar sedang menatap Syarif yang tampak lelah dan kacau saat itu. Mengetahui keadaan Syarif yang tidak baik. Membuat Sekar sedikit merasa senang. Ia akan lebih mudah untuk menekan pria itu untuk mengikuti segala keinginannya. Kali ini ia harus berhasil, karena jika tidak, bisa dipastikan semua rencana yang sudah ia jalankan akan hancur berantakan.

"Syarif. Bagaimana keadaan Tami?" tanyanya dengan tatapan prihatin yang sengaja ia buat-buat.

"Dia masih belum sadar." Hanya itu yang bisa ia katakan pada Sekar. Syarif sudah seperti orang yang kehilangan separuh nyawanya kini. Tidak ada yang tahu sebesar apa cintanya pada Tami. Baginya Tami adalah separuh hidupnya. Syarif sangat hancur saat ini, melihat Tami yang bahkan hanya bisa hidup karena bantuan alat medis membuatnya teramat sedih.

"Bagaimana ini? Kalau keadaan Tami seperti ini, wartawan itu akan terus-menerus memberitakan Tami yang berkendara saat mabuk. Kalau dibiarkan terus-menerus, ini akan membahayakan kondisi perusahaan. Sama seperti ketika berita Tami yang menyukai sejenis beredar." Rendra menatap Sekar dengan tatapan tidak percaya. Seperti inikah sosok Sekar yang ternyata jauh lebih kejam dari apa yang ia pikirkan. Wanita itu bahkan lebih tertarik membahas masalah perusahaan dibandingkan dengan keadaan Tami yang masih dalam keadaan koma dan entah kapan wanita itu akan sadar.

"Tante, Tami sedang koma. Apa pantas membicarakan masalah itu sekarang?" tanya Rendra dengan wajah kesalnya.

"Tante juga peduli pada Tami. Tetapi perusahaan itu milik keluarga. Kalau terjadi apa-apa kita semua yang akan kena. Kenapa sih, Tami terus saja membuat masalah. Bagaimana ini Syarif? Kita harus berbuat sesuatu." Sekar memulai intimidasinya pada Ayah Tami. Ia tahu Syarif yang lelah akan selalu menuruti keinginannya.

"Sampai saat ini perusahaan masih aman. Kejadian ini tidak akan berpengaruh pada perusahaan," ucap Soraya mewakili Syarif yang saat itu memilih diam.

"Saat ini mungkin aman. Tapi apa kamu bisa menjamin, ketika berita mengenai Tami sudah mulai muncul tidak akan mempengaruhi perusahaan? Itu perusahaan keluarga, bukan cuma milik kamu." Rendra mulai lelah dengan intimidasi yang Sekar layangkan. Ia sudah tidak tahan untuk menahannya lagi. Ia awalnya ingin Syarif istirahat terlebih dahulu, baru menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai Sekar dan Aufar. Tetapi melihat Tantenya terus memojokkan Omnya, Rendra sepertinya harus membeberkan rahasia itu segera.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang