Tami sudah berkemas sejak semalam. Tetapi wanita itu masih saja bolak balik mengecek barang bawaannya. Ia takut ada barang penting yang tertinggal. Setelah memastikan semuanya siap, Tami pun bergegas keluar kamar menuju lantai satu. Ketika keluar kamar, ia berpapasan dengan Tama yang juga baru saja keluar dari kamar. Tatapan mereka bertemu, namun tidak ada yang mau menyapa terlebih dahulu dan mereka berlalu seolah tidak saling mengenal. Biasanya memang Tami yang akan menyapa terlebih dahulu, tetapi jika mengingat ucapan Tama beberapa hari lalu yang secara tidak langsung mengatakannya akan menyusahkan mereka ketika naik gunung membuat Tami menjadi kesal dan ia menjadi enggan untuk menyapa Tama terlebih dahulu sebelum pria itu meminta maaf.
"Gimana? Sudah siapa semua kan? Kalau sudah, yuk kita cabut," ajak Didam yang langsung diangguki oleh mereka semua.
Mereka semua menaiki mobil yang sudah disewa oleh Derby untuk menuju ke tempat di mana Didam dan teman-temannya berkumpul. Sesampainya di sana, mereka semua di briefing dahulu apa-apa saja yang harus dilakukan, mengingat banyak dari mereka yang baru pertama kali mendaki gunung. Selama perjalanan mereka isi dengan gurauan atau obrolan yang sangat tidak bermakna, cuaca yang cerah dan pemandangan yang indah membuat perjalanan mereka menuju ke puncak menjadi menyenangkan. Tetapi tidak ada pemandangan yang paling indah dibanding melihat pemandangan Randu yang tenagh berusaha menebar modusnya mendekati wanita yang juga turut mendaki bwrsama mereka.
"By, si Randu makin aktif yah?" celetuk Tami menyindir Randu yang tengah berusaha menarik perhatian teman Didam yang kebetulan ikut dalam rombongan.
"Biasa, Tam. Dia kalau liat cewek langsung auto hiperaktif." Deeby ikut menimpali ucapan Tami dengan suara yang sengaja di kencangkan. Apalagi alasannya jika bukan untuk menjahili Randu.
Mendengar hal itu seketika membuat Randu yang beeada di depan Derby dan Tami seketika menoleh dan melemparkan tatapan tajam oada keduanya. Tidak lupa bibirnya beegerak tanpa suara meminta agar teman-temannya itu diam.
"Lo ngomong apa, Du? Jangan bilang-bilang gue lagi pedekate? Sip sip Du. Gue akan keep silent kok," Ejek Tami dengan suara keras sambil menahan tawa.
"Oh, Randu lagi pedekate? Bukannya kemarin lagi deketin juniornya yah?" Cetus Derby dengan tatapan tidak berdosa. Membuat Randu tersenyum kecut pada wanita di sebelahnya yang mulai menunjukkan tatapan antipati pada pria itu. Memang, Tami dan Derby adalah perpaduan yang pas dalam mem-bully dirinya.
"Gak gitu kok, Ra. Jangan dengerin omongan mereka. Kelamaan jomlo bikin mereka agak gesrek," ucap Randu sok santai.
"Oh jadi Randu jomlo baru? Eh, apa baru jadi jomlo sih?" tanya Tami pada Derby, sepertinya mereka tidak ada habisnya membuat Randu kesal.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...