Bab 6

53 22 4
                                    

Vote dulu, yuk! Dukung terus cerita ini yah!!

Tami sudah berpakaian rapi dan menunggu seseorang untuk datang menjemputnya. Sore ini, ia dan Dimas akan kembali pergi ke kafe yang kemarin sempat mereka datangi. Setelah hampir sepuluh menit menunggu, sosok Dimas muncul dengan motor kesayangannya. Melihat itu, membuat Tami buru-buru berdiri. "Pak Sans, aku pergi dulu yah." Dengan wajah sumringah ia pamit pada Sanusi yang tengah berjaga.

"Siap, Mba. Hati-hati di jalan." Sanusi membalas ucapan Tami yang sudah keluar pagar dengan nada tidak kalah bersemangat. Sementara itu, dari balik jendela kamarnya, Tama yang sejak tadi memperhatikan Tami tersenyum sinis. Tuh kan semua cewek sama aja. Sama-sama licik dan suka memanfaatkan orang. Gak terkecuali dia.

Sepanjang perjalanan menuju kafe, Tami dihabiskan dengan berbincang bersama Dimas, lebih tepatnya Tami yang mendengarkan cerita Dimas yang semalam berhasil bertukar pesan dengan Shana. "Shana tuh orangnya asik loh, Mi," ucapnya dengan riang.

"Oh, yah? Tau dari mana? Kan baru semalem kalian chat," ucap Tami menanggapi celotehan Dimas.

"Yah dari cara dia respon chat gue lah. Biasanya klo cewek-cewek gak asik pilihannya dua, antara bales seadanya atau malah ngomongin hal yang gak gue ngerti. Tapi sama dia gak. Kita kayak gak pernah kehabisan bahan ngobrol, sampai gak sadar kalau udah tengah malam." Dimas bercerita sambil menertawakan dirinya yang sampai lupa waktu hanya untuk mengobrol melalui chat.

"Itu sih emang lo aja kali yang udah suka, tapi dia gimana?" tanya Tami. Ia paham jika Dimas memang menyukai Shana, tapi bagaimana dengan wanita itu? Bisa saja kan Shana membalas pesan Dimas karena tidak enak untuk menolak.

"Sebenernya sih tadi pagi, gue udah sempet anterin dia ke kampus." Dimas menjawab pertanyaan Tami dengan salah tingkah, seperti abege yang baru saja merasakan jatuh cinta. Sementara Tami cukup terkejut dengan ucapan Dimas, tidak menyangka jika progres oendekatan mereka secepat itu.

"Gercep amat lo, baru semalem dapet nomornya udah main anter aja. Berarti dia juga suka dong sama lo?" ledek Tami yang berhasil membuat wajah Dimas memerah.

"Maka itu abis gue nganterin lo, gue mau ajak dia jalan. Jadi, Mi. Dengan penuh kerendahan hati gue minta maaf yah karena gak bisa antar lo balik," ucap Dimas dengan nada menyesal. Mendengar ucapan sesal Dimas, membuat Tami tertawa. Lucu sekali temannya ini. Ingin berkencan saja masih merasa tidak enak karena meninggalkan Tami.

"Santai, Dim. Gue juga gak pernah minta lo anter jemput kan. Ini aja gue udah terima kasih banget sama lo. Udah kasih gue info lowongan part time, bahkan sampai lo anterin ke tempatnya juga. Tapi yah kalau seandainya lo jadian sama Shana, boleh lah gue dapet pajak jadiannya." Tawa Tami terdengar semakin keras, ia sebenarnya hanya iseng saja menggoda temannya itu. Terlebih ketika melihat wajah sang teman yang memerah bahkan hingga ke telinga pria itu.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang