Bab 17

30 9 3
                                    

Vote dulu, spam comment kemudian

Hari itu kafe tengah ramai dipenuhi oleh para pelanggan. Tami pun menjadi sibuk melayani para pembeli. Hari itu kebetulan ia tidak ada jadwal kuliah, dan secara kebetulan mendapatkan shift pagi, membuatnya cukup bahagia karena tidak perlu pulang larut malam.

Ketika sedang menyiapkan pesanan pelanggan, datanglah Ringgo yang melihat Tami dengan dahi berkerut. "Kok lo masuk pagi? Bukannya hari ini lo shift siang?" tanyanya sambil mengambil beberapa keperluan yang akan ia bawa ke dapur.

"Tukeran sama Shana, dia yang ambil shift siang," jawab Tami sambil menaruh minuman yang ia buat ke atas nampan dan berlalu meninggalkan Ringgo yang masuk ke dalam dapur.

Baru saja Tami meletakkan pesanan di meja pelanggan. Dira yang saat itu bertugas di bagian kasir tiba-tiba saja memanggilnya. "Mi, di cariin sama Mas Tristan. Katanya lo di suruh ke ruangannya," ucapnya, ia lalu kembali melanjutkan pekerjaannya setelah mendapati Tami yang mengangguk, pertanda ia mendengar dengan jelas apa yang diucapkan Dira.

Ucapan Dira membuat Tami banyak menduga-duga. Ada apa sang bos memanggilnya? Apakah ia melakukan kesalahan? tapi seingatnya ia tidak melakukan kesalahan apapun, karena menurut pengakuan teman-teman yang bekerja di kafe, Tristan biasanya akan memanggil karyawannya ke ruangannya jika karyawan tersebut bermasalah.

Cukup lama Tami berkutat dengan pikirannya. Hingga akhirnya ia memilih untuk datang ke ruangan bosnya itu daripada menduga-duga dan penasaran lebih lama. Mungkin saja memang ada hal penting yang ingin dikatakan oleh pria itu.

Sesampainya Tami di depan ruangan Tristan, ia sempat menghirup udara banyak-banyak untuk membuatnya tenang sebelum mengetuk pintu pria itu. Tami membuka pintu ruangan bosnya, ketika mendengar suara pria itu mempersilakannya masuk. Tatapan mata Tami tiba-tiba terkunci pada sosok anak kecil yang kemarin di tolongnya. Anak itu tengah berada di ruangan Tristan dan kini tengah menatapnya juga.

"Hai, Tami. Silakan duduk dulu," sapa Tristan yang seketika itu juga memutuskan pandangan Tami pada kecil itu.

"Papa, itu orangnya yang dorong aku." Suara anak kecil itu tiba-tiba menghentikan gerakan Tami yang hampir menaruh bokongnya di kursi. Tami begitu terkejut dengan apa yang anak itu ucapkan. Apa? nabrak? Nih bocah gak ngigau kan? Kemarin kan gue nolongin dia, pikir Tami.

"Diam dulu, Nata, biar Papa yang bicara sama Tante ini," ujar Tristan dengan nada suara lembut, sementara si anak hanya memasang wajah cemberut ketika mendapatkan respon yang diberikan Tristan.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang