Tami baru saja sampai di sebuah restaurant yang menjadi tempat temu janji antara dirinya dengan sahabat-sahabatnya. Ia datang agak terlambat kala itu. Dapat ia lihat Tama, Randu dan Didam sudah duduk di sebuah meja. Segera Tami menghampiri mereka dan menyapa sahabat-sahabatnya itu. "Hai," sapanya seraya memeluk Randu, Didam dan Tama. Tama sebenarnya tidak suka cara Tami menyapa sahabat-sahabatnya, tetapi jika Tama melarangnya, ia takut Tami akan menganggapnya posesif dan cemburuan. Karena bagaimana pun mereka juga sahabat Tami.
Selesai menyapa sahabatnya, Tami langsung saja mendudukannya dirinya tepat di samping Randu yang berhadapan dengan Tama. Pria itu terkejut, alih-alih duduk di kursi yang sudah ia siapkan di sebelahnya, Tami justru memilih berhadapan dengan Tama saat ini.
Menyadari wajah tidak suka Tama, Tami pun meraih tangan Tama yang berada di bawah meja saat itu. Ia mengelus tangan Tama perlahan seraya menatap mata Tama dengan pancaran rasa bersalah, seolah ia sedang mengucapkan permintaan maaf pada pria itu. Tami juga melemparkan senyuman manisnya pada pria itu. Mendapati Tama yang tidak menarik tangannya dari genggaman Tami, membuat wanita itu tahu jika Tama paham akan maksudnya.
Tama sadar jika saat ini mereka tengah berada di depan umum. Sekali lagi ia menyadarkan dirinya jika hubungan mereka tidak diketahui oleh orang banyak, membuat nyeri di dada Tama kembali terasa. Namun, demi Tami, ia melemparkan senyuman seolah ia tidak apa-apa dengan keadaan seperti ini.
Tami melirik pria yang baru saja duduk tidak jauh dari meja mereka. Tami sudah menyadari jika dirinya sedang dimata-matai oleh pria itu. Sehingga, ia sengaja memilih duduk di seberang Tama dan langsung menyapa teman-temannya dan bersikap senormal mungkin. Bahkan lirikannya melihat pria itu tidak disadari oleh teman-temannya.
"Derby belum sampai atau gak datang?" tanya Tami seraya memandang Randu yang mencoba menghubungi sahabatnya itu.
"Bilangnya sih datang, Cuma kok belum nyampe yah?" Randu masih menempelkan ponsel di telinganya kala sesosok pria sudah datang menghampiri meja mereka dengan napas memburu.
"Maaf gue telat, baru aja dari bandara tadi," jelasnya seraya duduk di sebelah Tama dan tanpa permisi meminum minuman yang Tami pesan hingga tandas.
Tami hanya bisa menatap nanar minumannya yang tidak tersisa, sementara yang dipandang hanya bisa memasang ekspresi tidak bersalah. "Perasaan ke bandara kan naik mobil, kenapa lo kecapean gitu?" tanya Tama seraya mendorong minumannya ke arah Tami. Perhatian kecil yang Tama berikan membuat Tami mengulum senyumannya.
"Iya, naik mobil. Cuma kan gue ngebut tadi. Memacu adrenalin, bro. Capeklah pokoknya," jelas Derby sambil memanggil waitress untuk memesan makanan.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...