Tami baru saja keluar dari rumahnya. Setelah memastikan semua pintu sudah ia kunci. Ia pun segera menghampiri seorang pria yang sudah menunggunya sedari tadi. "You look beautiful, Mi," ucapnya seraya membukakan pintu mobil untuk memudahkan Tami masuk.
"Bisa aja, lo," respon Tami seraya tertawa mendengar rayuan Aufar. Malam ini mereka akan mendatangi acara pernikahan teman kuliah Tami. Wanita itu sengaja mengajak mengajak Aufar agar orang-orang makin percaya dengan hubungan pura-pura mereka. Semenjak mengumumkan pertunangan mereka, Tami tidak pernah menghubungi pria itu. Untuk itu, ketika ia mendapatkan undangan ini, Tami tidak segan-segan mengajak Aufar demi membuat kesan jika pertunangan mereka memang benar adanya.
Sesampainya di tempat berlangsungnya acara, Aufar segera turun untuk membukakan Tami pintu mobil. Pria itu bahkan sangan berhati-hati ketika menggandeng tangan Tami. Malam itu Tami tampak menawan dengan gaun berwarna putih yang menjuntai panjang, membuat penampilannya tampak anggun malam itu. Dengan riasan yang tipis dan rambut yang ia biarkan tergerai dengan gelombang di ujungnya, menambah kecantikan Tami malam itu.
Di dalam gedung, Tami nampak sesekali menyapa wajah-wajah yang ia kenal. Tidak lupa ia juga memperkenalkan Aufar yang sedari tadi menggandeng tangannya, guna membuat semua orang percaya jika mereka adalah pasangan kekasih.
Sementara Aufar pun memerankan perannya dengan sangat baik. Pria itu bahakan tidak segan untuk memeluk pinggul Tami untuk menyatakan kepemilikikannya. Pria itu juga tampak dengan mudah berbaur dengan teman-teman Tami yang baru dikenalnya. Seakan mereka sudah mengenal sangat lama.
Suasana di dalam Gedung sangat meriah, berbeda dengan suasana hati seorang pria yang nampak memperhatikan sepasang kekasih yang tengah berbincang akkrab dengan undangan lainnya. Tama tidak menyangka jika ia akan mendapatkan pemandangan yang sangat menguras emosi malam ini. Ia dan Didam saat itu hadir untuk memenuhi undangan salah satu klien mereka yang tengah mengadakan acara pernikahan.
Awalnya Tama ingin mengajak Tami datang bersamanya. Namun, ia ingat jika hubungannya dengan Tami tidak boleh diketahui oleh publik. Tami yang merupakan seorang pengusaha mudan dan sudah berstatus sebagai tunangan seseorang, membuat Tama mengurungkan keinginannya.
Namun, siapa sangka mereka justru dipertemukan dalam acara yang sama. Tama awalnya senang ketika melihat Tami yang melangkah cantik malam itu. Baru saja Tama akan menghampiri Tami, seorang pria langsung menggandeng tangan Tami. Sementara Tami memandang pria itu seraya tersenyum, seolah menunjukkan pada para tamu jika mereka adalah pasangan yang bahagia.
Pemandangan menyakitkan yang Tama saksikan tidak hanya sampai di situ. Ketika Tami berbincang dengan teman-temannya, pria itu dengan setia berada di samping Tami. Bahkan pria itu tidak segan-segan untuk memeluk pinggul Tami. Membuat Tama merasa sesak sekaligus marah di waktu yang bersamaan.
Mata Tama tidak henti memandangi ke mana pun Tami pergi. Sepertinya wanita itu tidak menyadari kehadirannya. Hingga tepukan di pundak Tama membuat pandangannya berpaling. "Jangan dipandangin terus kalau gak mau sakit." Didam berucap seraya tersenyum sinis. Pria itu sebenarnya tidak setuju dengan keinginan Tama yang terus mengejar Tami walaupun tahu jika Tami hanya menjalani pertunangan pura-pura dengan pria yang berada di samping Tami. Alasan Didam saat itu agar Tama tidak sakit hati yang kesekian kalinya. Bukankah Tami juga mengatakan jika ia tidak menjamin akan membalas perasaan Tama.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Literatura FemininaMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...