Bab 36

26 5 2
                                    


Tama menarik Tami hingga Tami menghempaskan genggaman itu agar Tama sadar untuk tidak melampiaskan amarahnya pada Tami. "Tam. Lo mau ke mana deh? Mending duduk dulu di situ." Tunjuk Tami ke sebuah kursi tamannyang lain agar Tama bisa meredakan emosinya saat ini. Cukup lama mereka berdua hanya duduk terdiam dengan pikiran masing-masing, hingga Tama menghembuskan napas lelah dannpandangan pria itu berubah menyedihkan.

"Dsri gue kecil, gue gak peenah ngerasain kasih sayang seorang ibu," ucap Tama memecah keheningan di anyara mereka.

"Nyokap selalu aja sibuk dengan teman-temannya. Gue bahkan inget setiap hari gue selalu di titipin di rumahnya Didam. Di saat anak lain menghabiskan makan malamnya sambil bercerita sama nyokap mereka apa aja yang seharian itu mereka lakukan, gue justru harus melihat kedua orang tua gue bertengkar setiap harinya." Tami hanya diam memperhatikan Tama beecerita. Dapat Tami rasakan ada perasaan terluka yang sedang Tama sampaikan.

"Dulu, gue selalu menyalahkan diri gue sendiri ketika melihat mereka bertengkar, sampai gue janji sama diri gue sendiri akan jadi anak yang baik supaya kedua orang tua gue bisa kayak orang tua pada umumnya." Bayangan masa lalu kini seolah beeputar di kepala Tama, semua adegan yang dulu pernah ia lihat kini seolah berada di depan matanya.

"Sampai suatu ketika nyokap keluar dari rumah bawa semua barang-barangnya. Saat itu gue berpikir kalau nyokap cuma lagi pengen nginep di rumah nenek, seperti saat gue kalau libur sekolah. Tetapi setelah beberapa hari kemudian gue baru sadar kalau nyokap gak akan pernah kembali lagi ke rumah." Tama nampak menghembuskan napas berat kalau itu. Sepertinya ceeita selanjutnya akan lebih buruk dari ini.

"Beberapa hari kemudian gue gak sengaja ngeliat nyokap masuk ke salah satu rumah yang letaknya gak jauh dari rumah gue. Saat itu gue seneng banget dan pengen ajak nyokap buat pulang. Tapi satpam di rumah itu ngusir gue. Saat itu gue gak hilang akal, gue pulang ke rumah dan minta Bokap untuk nemenin gue jemput nyokap. Tapi bokap malah diam gak bergerak sama sekali. Akhirnya gue pergi sendiri ke rumah itu dan nerobos masuk ketika ada mobil yang kebetulan juga masuk ke rumah itu.

"Gue berhasil ketemu nyokap. Gue seneng banget saat itu. Gue masih ingat gimana semangatnya gue memegang tangan nyokap dan minta dia buat pulang. Tapi nyokap diem aja. Dia gak mau pulang. Dia bilang itu rumah dia. Dia bahkan ngusir gue pergi." Tama tersenyum miris jika mengingat kejadian itu. Ia tidak menyangka jika sang ibu bisa bersikap seperti itu padanya.

"Saat itu gue dengan keras kepalanya terus merengek mencoba mengajak nyokap pulang. Sampai seorang pria datang dari dalam rumah dengan keadaan marah minta mama pilih aku atau dia. Dan yang lebih menyakitkan lagi Mama pilih laki-laki itu dibandingkan gue anak kandungnya." Mendengar hal itu membuat perasaan Tami ikut sakit, bagaimana bisa seorang ibu membuang anaknya dan memilih pria lain? Apakah ia tidak memiliki perasaan?

"Gak lama bokap datang buat jemput gue untuk pulang. Saat itu gue masih inget banget gimana memohonnya gue sama nyokap buat gak ninggalin gue. Gimana mengibanya gue minta dia buat pulang sama gue. Tapi nyokap cuma bisa liat gue tanpa perasaan dan pergi gitu aja masuk ke dalam rumah." Siapapun yang mendengar cerita Tama akan ikut merasakan perasaan sedih, begitu juga Tami. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Tama kecil harus menahan rasa sakit itu hingga kini. Mendengar cerita Tama seolah menarik benang merah mengapa Tama bisa menjadi sosok yang alergi terhadap wanita. Ibu adalah wanita peetama yang Tama tahu, wanita pertama yang Tama sayangi dan cintai itu telah memberikan gambaran buruk bagaimana seorang wanita. Memberikan kenangan yang menakutkan bagi Tama ketika kecil, hingga untuk menutupi rasa takut itu ia menjauhi wanita, agar ia tidak teeluka lagi.

"Beberapa minggu lalu bokap akhirnya cerita alasan kenapa nyokap bisa berbuat seperti itu. Pernikahan mereka dimulai karena perjodohan. Masing-maaing dari mereka sebenarnya sudah punya orang yang mereka cintai, hanya saja gak bisa mereka miliki. Bokap gagal karena wanita yang dia cintai nikah sama abangnya sendiri dan nyokap yang ditinggal nikah sama mantannya yang lebih memilih nikah sama sahabatnya.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang