Bab 61

21 13 1
                                    

Vote dulu dong biar semangat updatenya!!

Tami melompat bangun ketika menyadari matahari sudah mulai menyusup ke dalam kamar. Dengan gerakan cepat, ia melihat jam yang berada di atas nakas. Matanya bahkan membulat, ketika memastikan bahwa ia benar-benar terlambat bangun pagi ini. Ia pun segera bangun dan mandi dengan kilatnya. Setelah berpakaian dan merias diri seadanya, ia langsung menyambar tas kerja untuk kemudian bersiap keluar dari rumah menuju ke kantor.

Semenjak pulang kembali ke tanah kelahirannya, Tami memang memutuskan untuk tidak tinggal di rumah kakek dan neneknya bersama Sekar. Ia lebih memilih tinggal sendirian di rumah kedua orang tuanya. Tanpa asisten rumah tangga, apalagi supir. Awalnya hal ini ditendang oleh Rendra. Ia khawatir jika sepupunya ini tinggal sendirian, terlebih kini Tami jauh dari keluarganya. Namun, Tami memliki alasan kuat. Ia tidak ingin kehidupannya diatur kembali oleh Sekar. Sehingga mau tidak mau Rendra pun setuju. Padahal ada hal lain yang menjadi alsan Tami tinggal di rumah orang tuanya sendirian. Ia tidak ingin segala langkah yang ia buat dimata-matai oleh Sekar.

Mungkin orang akan berpikir jika Tami berlebihan. Namun, semenjak ia menginjakkan kaki di perusahaan keluarganya, Tami sadar jika ada sesuatu yang patut dicurigai dari seorang Sekartaji Bagaskara. Menyadari hal itu, membuat Tami tidak bisa mempercayai siapapun untuk tinggal bersamanya. Sekar memang menawarkan memberikan salah satu asisten rumah tangga padanya, tetapi ia tolak dengan ia mampu mengurus dirinya sendiri. Walaupun untuk hari ini ia merutuki ketidak sanggupannya mengurus dirinya sendiri.

Ini semua salahnya, sudah tahu jika semalam ia pulang larut malam. Ia bukannya langsung tidur, tetapi malah tergoda untuk melanjutkan menonton drama series hingga dini hari. Ia merutuki dirinya sendiri seraya mendumal kesal sepanjang langkahnya menuju gerbang rumahnya. Setelah mengunci semua pintu, ia pun kembali tersadar, jika monilnya masih berada di bengkel. Kembali rasa kesal mengisi kepalanya. Walaupun ia pemimpin di perusahaan itu, bukan berarti ia bisa datang seenaknya. Ia justru harus menjadi teladan bagi karyawannya.

Baru saja Tami akan mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online, sebuah suara klakson mengagetkannya. Ia berjingkat kaget ketika sebuah mobil membunyikan klakson padanya. Dahi Tami mengernyit, ia kan belum memesan taksi online, masa iya sudah ada mobil yang datang, pikinya.

Karena penasaran, akhirnya Tami menghampiri mobil tersebut. Karena kaca jendela yang cukup gelap, Tami tidak dapat mengetahui siapa sosok pengemudi mobil tersebut. Ia pun mengetuk kaca jendela di bagian pengemudi, untuk memastikan apakah ia mengenai siapa si pemilik mobil. Senyuman seketika terbit di bibir Tami ketika mengetahui jika pemilik mobil itu adalah Tama. Baru saja ia akan bertanya ada hal apa sehingga Tama sudah berada did epan rumahnya sepagi ini. Tetapi urung ia tanyakan ketika mendengar ucapan Tama. "Buruan naik atau lo bakalan terlambat."

Ucapan Tama seakan memberikan Tami kesadaran, jika ini bukan saatnya ia berbincangbpada pria itu untuk hanya sekedar menanyakan apa alasan dari munculnya Tama di depan rumahnya. Pikirnya ia bisa menanyakan hal itu nanti di perjalanan. Tami pun berjalan dengan cepat dan masuk ke dalam mobil yang dikendarai Tama. Seulas senyum tipis terbit di bibir pria itu. Rencananya berhasil kali ini. Tidak sia-sia ia menunggu Tami lebih dari satu jam.

Sejak semalam, Tama memang sudah merencanakan hal ini. Mendengar jika mobil Tami sedang ada di bengkel, membuat ia merasa memilikinkesempatan untun lebih dekat dengan wanita itu. Terlebih ketika mengetahui jika arah rumah dan kantor Tami memanglah searah. Makin membuat Tama bahagia bukan kepalang, yah jika tidak pun akan Tama buat searah kok. Setelah memikirkan rencananya dengan matang, pria itu pun terlelap dengan senyum tersungging di wajahnya. Tidur Tama malam itu benar-benar lelap sejak sepuluh tahun terakhir. Akhirnya cintanya kembali ia temukan, pikirnya.

Awalnya Tama menunggu Tami keluar dari rumahnya dengan sabar, tetapi setelah hampir satu jam tidak ada tanda-tanda jika wanita itu akan keluar, cukup membuat Tama sedikit panik. Setahunya, Tami bukanlah wanita pemalas yang tidak menghargai waktu. Banyak spekulasi memenuhi kepala Tama. Apakah mungkin Tami sudah berangkat sebelum ia sampai, tetapi itu sepertinya tidak mungkin, mengingat ia sampai did epan rumah Tami ketika hari masih gelap. Atau mungkin wanita itu sedang sakit hingga tidak bisa pergi ke kantor. Pikiran terakhir membuat Tama khawatir.

Ia pun memutuskan untuk menguhubungi Tami untuk menanyakan apakah wanita itu masih di rumah atau tidak. Baru saja Tama akan mendial nomor telepon Tami, yang wanita itu berikan semalam, ketika melihat seorang wanita dengan gerakan terburu-buru keluar dari pagar rumah Tami. Senyum lega muncul di wajah Tama. Pria itu segera membunyikan klakson untuk menarik atensi wanita yang kini tengah mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Sepertinya Tami akan memesan taksi online lagi, pikirnya.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang