Tami membuka pintu ruangannya dengan riang. Selepas menyatakan perasaannya pada Tama, perasaan Tami jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Niat awalnya memang memprovokasi Tami agar mau mengatakan apa yang pria itu menjauhi Tami. Namun, nyatanya pernyataan Tama yang mengatakan jika pria itu cemburu pada Aufar, berhasil membuat perasaan Tami melambung bahagia. Dugaannya jika Tama hanya mempermainkannya ternyata tidak terbukti. Pria itu ternya tengah menekan rasa cemburunya.
Karena hal itu pula, pada akhirnya Tami memberanikan diri untuk mengakui perasaannya. Ternyata dengan Tama menjauhinya beberapa hari belakangan, telah berhasil membuat Tami sadar, jika ia juga memiliki perasaan yang sama dengan Tama. Terlebih dengan perkataan Sheryl yang mengatakan Tama akan lelah dengan dirinya yang tidak peka, makin membuat Tami tidak perlu berpikir ulang untuk menyatakan perasaannya.
Senyuman Tami mendadak sirna ketika melihat sesosok pria yang tengah duduk di dalam ruangan kerjanya. Menyadari ada yang masuk ke dalam ruangan Tami, Aufar pun mendongakan kepalanya. Ketika mata mereka bertemu, Tami segera saja mengubah ekspresi wajahnya. "Hai, Far. Apa kabar?" sapanya seraya memeluk tubuh pria di hadapannya selayaknya menyapa seorang teman.
"Baik. Kamu dari mana? Makan siang lama banget." Tami mengernyitkan dahinya ketika mendengar pertanyaan Aufar saat ini. Ia yang saat ini duduk di hadapan Aufar mulai mengamati ekspresi lawan bicara ini dengan intens.
"Gue baru balik makan siang sama klien. Kenapa nanyanya gitu?" tanya Tami sambil mencoba menahan rasa tersinggungnya.
"Maaf, aku cuma kesal aja. Aku udah nunggu kamu lama. Aku awalnya mau ajak kamu makan siang bareng. Tapi ternyata kamu malah makan siang di luar." Aufar segera bersikap normal seperti biasanya. Sungguh, ia menyesal telah kelepasan seperti tapi.
"Memangnya lo udah chat gue sebelumnya? Gak kan?" sindir Tami.
"Aku ingin kasih kejutan. Lagi pula masa mau ketemu sama tunangan sendiri harus chat dulu." Tami menatap Aufar dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Tunangan yah? lo lagi main drama? Lo sadar kan kalau itu cuma pura-pura?" tanya Tami dengan santai. Ia bahkan melemparkan senyum lebarnya pada Aufar ketika mengatakannya.
"Mi," panggil Aufar seraya meraih tangan Tami. Mencoba agar wanita di hadapannya ini fokus menatap dirinya dan mendengarkan apa yang akan ia katakan dengan seksama.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...