Bab 78

18 13 2
                                    


Didam memandang Tama dan Tami dengan perasaan jijik. Bagaimana tidak? Jika mereka sedang mempertontonkan kemesraan di depan Didam saat ini. Tama dengan penuh kasih sayang menatap Tami sembari menggulung lengan kemeja wanita itu agar tidak kotor ketika makan. Sementara sang wanita dengan ekspresi malu-malu yang ketara, membiarkan Tama melakukan hal itu, hal yang sebenarnya biasa ia lakukan sendiri. Jangan lupakan wanita itu, Tami. Wanita yang bahkan terbiasa hidup mandiri, sehingga pemandangan kali ini benar-benar membuat Didam yang biasanya cuek, benar-benar merasa terganggu.

"Kalian bisa biasa aja gak sih?" tanyanya kesal. Tami dan Tama menoleh kepada Didam dengan ekspresi seolah bertanya apa yang dimaksud oleh Didam.

"Ini. Tingkah laku kalian udah persis remaja yang baru aja jadian. Astaga," ucap Didam sambil mengusap wajahnya kasar.

"Lo kenapa deh? Dulu perasaan waktu sama Lulu juga begini. Bahkan lebih parah, sampai sengaja blepotan biar dilap sama Lulu malah," cibir Tami yang langsung membuat bahu Didam merosot dan Didam otomatis diam. Sementara Tama menyenggol lengan Tami dan menggelengkan kepalanya, seolah memberikan Tami kode agar tidak membahas hal tersebut dengan Didam.

"Ini gak apa kan kita makan makanan cepat saji begini?" tanya Tama berusaha mencairkan suasana yang terasa canggung semenjak Tami menyinggung nama Lulu di depan Didam.

"Yah mau gimana lagi. Masih beruntung masih dapat makanan jam segini." Didam memberikan respon seadanya, ia juga sadar pembahasan mengenai Lulu membuat Tama menjadi tidak enak padanya.

"Lagian siapa suruh tadi ketemu klien dulu, terus nyuruh gue buat ke ruangan Tama. Jadinya kayak gini kan," celoteh Tami tidak ingin disalahkan. Ia paham jika saat ini Didam tengah menyindirnya. Alih-alih mengajak makan siang di restoran yang sudah mereka sepakati sebelumnya, nyatanya saat ini mereka malah duduk di ruangan Tama makan siang dengan menu makanan cepat saji.

"Kan gue nyuruh lo ke ruangan Tama supaya ngobrol sama dia. Bukan adu lidah kayak tadi," ucap Didam dengan nada rendah, namun sukses membuat Tama tersedak mendengarnya. Tami menepuk pundak Tama dengan perlahan, tidak lupa ia juga melemparkan tatapan tajam pada Didam, sementara Didam pura-pura tidak melihat ekspresi membunuh yang dilemparkan Tami.

Bunyi ponsel Tami memutuskan tatapan tajam wanita itu pada Didam. Ia pun segera menjawab panggilan itu segera dengan senyuman yang tiba-tiba terbit di bibirnya, membuat Tama memandang Tami ingin tahu.

"Halo, By, ada apa?" tanyanya ketika menjawab panggilan video call dari sahabatnya itu.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang