Bab 5

81 35 17
                                    

Vote dulu yah, sebelum mulai baca

Tami baru saja sampai di kosnya ketika hari mulai gelap. Beruntung ia diantar oleh salah satu teman kuliahnya kala itu. Setelah sore tadi ia bersama temannya mendatangi sebuah kafe untuk menanyakan lowongan pekerjaan yang mereka tempel di dekat pintu masuk.

Saat itu, Tami diminta menunggu oleh salah satu karyawan kafe yang menurut teman pria Tami, terlihat sangat cantik, sehingga pria itu dengan senang hati menemani Tami untuk menunggu. Tami menduga jika temannya itu mengantarkannya karena maksud tertentu memilih diam saja, toh ia juga diuntungkan karena sudah diantarkan tanpa mengeluarkan ongkos.

Tami melirik jam di pergelangan tangannya, sudah dua jam berlalu dan belum ada tanda-tanda dirinya akan bertemu dengan pemilik kafe tersebut. Hingga wanita yang sebelumnya meminta Tami untuk menunggu, menghampirinya dan mengabarkan jika sang pemilik kafe berhalangan hadir dan Tami diminta datang kembali besok.

Sempat merasa kecewa, namun Tami tetap mengucapkan terima kasih pada wanita itu. Dengan berat hati akhirnya Tami pulang dengan wajah keruh. Tapi tidak dengan temannya, Dimas. Pria itu sedang tersenyum lebar, ia berhasil mendapatkan nomor ponsel wanita incarannya.

Tami hanya bisa tersenyum senang, ternyata dugaannya benar. Pantas saja ia menyarankan Tami untuk melamar kerja di kafe itu, ternyata punya tujuan untuk mendekati salah satu karyawan yang tadi baru saja menemuinya. Wanita itu bernama Shana. Wanita yang ramah dan juga cantik, pantas saja temannya itu dengan mudah tertarik.

Ketika akan turun dari motor yang dikendarai Dimas, pria itu tersenyum penuh arti pada Tami. Membuat ia sedikit waspada kalau-kalau Dimas akan menagih ongkos karena sudah mengantarkannya. "Kenapa lo liatin gue begitu?" Tanya Tami yang bingung karena Dimas masih saja memandanginya.

"Helm gue balikin kali, Mi," ucapnya seraya menunjuk helm miliknya di kepala Tami.

"Eh iya, maaf sih namanya juga lupa." Tami menjawab seraya menunjukkan cengiran tanda tak bersalah. Ia bahkan sudah menuduh Dimas yang bukan-bukan tadi.

"Besok gue anterin lagi, yah. Kali aja bisa ketemu Shana." Tanpa menunggu jawaban dari Tami, Dimas sudah melajukan motornya meninggalkan Tami yang masih terbengong karena ditinggalkan begitu saja. "Dia itu niat nanya gak sih? Segitu gak pentingnya jawaban gue nyampe main pergi aja." ucap Tami dongkol seraya beejalan menuju pagar kosnya.

Ketika akan membuka pagar kos. Tami kembali berpapasan dengan Tama yang sedari tadi berdiri di pos satpam tempat biasanya Sanusi berjaga. Entah sejak kapan pria itu ada di situ, yang jelas Tami sedang tidak mau menyapa Tama. Tami sedang lelah untuk sekedar menyapa pria yang tidak mau membalas sapaannya itu pun memilih masuk ke dalam kos, seakan tidak melihat Tama berdiri di situ. Dia ternyata ramah juga sama semua cowok. Dia pikir gue kayak cowok-cowok lain yang gampang dideketin. Bagus gue cuekin, jadi dia gak bisa anggap gue enteng.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang