Bab 31

23 6 1
                                    


Dibandingkan menemani Randu jalan-jalan ke mall, nyatanya pria itu justru berlaku berkebalikan. Randu lebih banyak bertanya pada Tami ia mau bke mana atau mau membeli apa. Bahkan bisa dikatakan Randu memperlakukan Tami layaknya orang yang terngah berkencan. Seperti kali ini Randu mencoba menggenggam tangan Tami dan tentu saja di tolak mentah-mentah oleh wanita itu. "Mau ngapain lo?" Tami buru-buru menarik tangannya, seakan genggaman tangan Randu adalah suatu hal yang haram untuk dilakukan.

"Santai sih. Gue cuma takut lo digodain om om di depan sana. Emang berani?" tanyanya mengejek. Mendengar kata goda dan om-om refleks membuat Tami langsung menyambar tangan Randu dan merapatkan diri pada pria itu. Melihat ekspresi Tami yang takut, membuat hati Randu bersorak. Ternyata semudah itu menakuti temannya yang garang ini.

Sepanjang mengelilingi mall, Randu berulang kali keluar dan masuk toko untuk menawarkan Tami membeli apa yang wanita itu inginkan, tetapi semua di tolak oleh Tami. Randu pikir membuat wanita senang adalah dengan mengajaknya jalan-jalan dan belanja, maka perasaan wanita akan segera membaik, tetapi sepertinya itu tidak berlaku bagi Tami.

Kehabisan akal akhirnya ia memilih mengajak Tami untuk makan siang di salah satu resto yang berada di dalam mall. Jika sebelumnya Tami menolak, kali ini Tami mengiyakan tawaran Randu yang ingin mentraktirnya makan sebagai bentuk rasa terima kasih karena sudah menemani Randu jalan-jalan. Setelah mereka memesan makanan, mereka tampak mengobrol selagi menunggu.

"Du, gue bingung deh. Selama di mall kan banyak cewek yang flirting ke lo, tapi kenapa lo acuhin aja?" Tami baru tersadar sesuatu. Awalnya ia menduga Randu itu adalah pria yang suka tebar pesona dan suka menggoda wanita untuk mau dipacari olehnya. Tetapi setelah benar-benar pergi bersama Randu, ia sadar akan satu hal. Bukan Randu yang menggoda wanita di mall ini tetapi wanita di mall ini yang sibuk mencari perhatian Randu.

Tami jadi mencoba mengingat-ingat apakah selama ini ia salah menilai pria di hadapannya ini dengan sebutan buaya. Bayangan ketika Tami beberapa kali bertemu dengan Randu di kampus pun mulai berputar di kepalanya. Memang ternyata selama ini para wanita lah yang mengejar Randu. Lalu bagaimana dengan sebutan buaya yang Tami sematkan untuk pria itu? Tami yang melihat Randu seperti menanggapi wanita-wanita itu membuat pria itu sering bergonta-ganti wanita, membuat Tami tanpa sadar melabeli Randu dengan sebutan buaya dan bukan hanya Tami, beberapa wanita yang menjadinkorban php Randu pun menyebut pria itu dengan sebutan buaya. Kini Tami jadi penasaran, mengapa Randu melakukan itu? Padahal image yang ia sandang tidak baik untuk dirinya kelak ketika menemukan seorang wanita baik-baik yang nantinya akan ia ajak untuk berhubungan serius.

"Du. Dari tadi gue lihat setiap ada cewek yang caper sama lo, kenapa lo ladenin deh?" tanya Tami penasaran.

"Hah? Yah masa iya gue jutekin. Lagian ramah sama orang gak ada salahnya, Mi." Randu yang saat itu tengah membalas senyum wanita yang tengah duduk bersama dengan teman-temannya, menjawab pertanyaan Tami dengan santainya.

"Tapi lo gak jengah dengan predikat buaya yang lo dapet dari gue dan cewek-cewek sekitar lo karena saking 'ramahnya' ini?" Tami nampak membentuk jari seperti tanda kutip untuk menjelaskan ramah yang ia maksud.

"Itu kan orang-orang aja yang kasih predikat gitu. Lagian emang selama ini peenah ada cewek yang bener-bener jadi pacar gue?" Pertanyaan Randu membuat Tami menjadi berpikir, selama ini memang tidak pernah ada satu wanita pun yang Randu kenalkan sebagai pacarnya.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang