29. Pramuka

282 24 0
                                    

"Ayo main Jo!" ajak Arghi pada Jofan. Remaja mungil itu menutup buku gambarnya dan bergegas berlari ke belakang kelas, mengambil posisi duduk bersila bersama temannya yang lain dan mulai bermain game.

"Permisi!"

Siswa laki-laki yang ada di belakang kelas serempak menoleh ke ambang pintu. Terlihat dua orang kakak kelas yang berdiri dengan senyum lebar. Hal itu tentu saja membuat gerombolan di belakang kelas bubar begitu saja. Berhambur duduk di kursi masing-masing dan meletakkan ponsel ke dalam laci. Menatap sang kakak kelas yang berdiri membawa setumpuk kertas. Dia tampak menunggu agar semuanya duduk dengan tenang.

"Baik. Sebelumnya perkenalkan nama kakak Sukman Manda, biasa dipanggil kak Manda. Kedatangan kakak ke kelas 10 Mipa-2 ini adalah untuk memberitahukan bahwa mulai sore ini akan dimulai latihan pramuka. Untuk itu diharap semua tetap berada di kelas dan tidak pulang terlebih dulu," ujarnya dengan suara yang terdengar tegas.

Beberapa mulai berbisik mengeluhkan tetang acara yang begitu dadakan. Mereka hanya tidak terlalu suka pramuka. Ekstrakulikuler yang menguatkan mental dan fisik itu selalu coba dihindari oleh beberapa siswa. Termasuk Alvin dan Jofan. Arghi juga dulu sering bolos pramuka. Tetapi, dia menyukai saat acara perkemahan. Rio biasa saja. Tidak terlalu suka atau tidak terlalu benci.

"Pertemuan pertama ini, agendanya hanya bagi sangga untuk acara KPTA, singkatan dari kemah penerimaan tamu ambalan," jelas kak Manda dan memperhatikan adik kelasnya. Dia mengulas senyum, "kan adik-adik semua ini sudah menjadi anak SMA. Jadi, bukan lagi anak penggalang, melainkan penegak. Acaranya nanti hanya perkemahan biasa kok," lanjut kak Manda yang sepertinya tahu bisik-bisik ketakutan adik kelasnya mendengar kata kemah.

"Ketua kelasnya mana?" tanya kak Manda. Gilang mengangkat tangan kanannya segera. Lantas Kak Manda berjalan ke bangku Gilang, "ini nanti dibagikan ke semua temannya ya. Tolong dikumpulkan hari senin setelah upacara di ruang pramuka!" pesan kak Manda. Dia menghitung kertas tersebut sebanyak 36. Dia lantas berpamitan untuk pergi ke kelas lainnya. Gilang juga mulai membagikan kertas tersebut.

*

Sesuai pengumuman pagi tadi, seluruh siswa kelas 10 tidak ada yang keluar kelas. Selain karena patuh mereka juga tidak berani keluar kelas karena di depan kelas sudah terlihat beberapa dewan pramuka yang berseragam pramuka lengkap. Entah sejak kapan mereka duduk di depan kelas untuk menjaga pintu kelas. Yang pasti hal itu membuat Alvin berdecak.

"Katanya mau ikut ekskul pramuka," cibir Rio membuat Alvin berdecak ingat ucapannya tempo hari. Sial sekali gelagatnya sudah diketahui Rio.

"Semua pengen pulang kali," sahut Alvin mengerucutkan bibirnya. Rio terkekeh mendengar itu.

Seorang dewan pramuka lantas meminta mereka keluar dan berbaris di lapangan. Semua menurut tentu saja, daripada memiliki masalah dengan para dewan pramuka. Alvin berjalan malas di sebelah Rio yang bejalan lambat karena Jofan ada di depannya. Matanya melirik lengan Jofan, luka itu masih ada hanya saja tidak ada yang menyadarinya. Mungkin kedua temannya juga berpikir itu luka kecil.

Sampai di lapangan Rio berbaris di belakang ketiga temannya seperti saat upacara. Membiarkan mereka saling bercanda. Ah, memikirkan candaan mereka membuat Rio menyadari satu hal. Semua tawa itu palsu.

Arghi yang pagi ini dipukuli orang tuanya atau Jofan yang memiliki trauma sampai membuatnya melukai diri sendiri. Hanya Alvin yang nampak baik-baik saja. Semoga saja memang baik-baik saja. Alvin berbalik seolah suara dalam pikiran Rio dapat didengarnya.

"Lihat! Arghi dicupang cewek dong pipinya," ujar Alvin menunjuk pipi Arghi yang memerah. Rio melirik pipi Arghi, menyadari itu adalah luka pukulan pagi ini. Dia hanya tersenyum menanggapi. Sementara Arghi menjelaskan dengan kesal itu bukan karena dia dicium perempuan.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang