Setelah hati-hari berlalu, akhirnya hari ini Rio mantapkan dirinya untuk menyatakan perasaan cintanya kepada Sila. Dia bahkan membeli hadiah untuk Sila. Karena dia sering pergi dengan Sila, dia jadi tahu apa yang meniadi kesukaan gadis itu. Sebuah kalung dengan gaya minimalis.
Dia membelinya tadi malam sepulang dari latihan silat. Dia sampai tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan bagaimana baiknya dia menyatakan rasa cintanya kepada Sila. Bahkan dia dengan putus asa mencari tutorialnya di internet, hasilnya terlalu berlebihan. Lantas akhirnya dia memikirkan sendiri yang sesuai dengan gayanya.
Pagi ini juga, Rio sudah mengirim pesan kepada Sila. Meminta gadis itu menemuinya sepulang sekolah di lapangan basket. Karena dia juga ada latihan basket hari ini. Sekalian saja meminta Sila menonton latihannya, setelahnya dia akan menyatakan rasa di hatinya. Tidak cukup romatis memang, tapi mau bagaimana lagi. Rio sendiri bukan seorang yang tidak punya rasa malu untuk menggunakan cara romantis seperti yang ia baca di internet tadi malam.
Rio sampai memberitahukan pada teman-teman basketnya tentang rencananya ini. Mereka semua sudah tahu betapa bucin Rio kepada gadis itu. Sampai beberapa kali bolos latihan basket demi pergi kencan dengan Sila.
Sepanjang pelajaran berlangsung, Rio sudah sangat tidak fokus. Dia merasa gugup tanpa sebab. Bahkan saat keluar kelas menuju ruang latihan dia juga sudah tidak karuan. Ketiga sahabatnya menonton latihannya sesuai permintaan Rio. Alvin memberitahu kedua sahabatnya bahwa nanti seusai latihan basket, Rio akan menyatakan perasaan pada Sila. Arghi tampak berseru heboh menjahili Rio yang tersipu malu, sementara Jofan diam-diam melirik Arghi dengan tatapan bimbang. Dia tahu Arghi juga menyukai Sila, bahkan diam-diam Jofan tahu bagaimana kedekatan Sila dengan Arghi. Dia harap tidak akan terjadi hal buruk hari ini.
Di lapangan, Rio terlihat berlatih dengan sungguh-sungguh. Dia hanya ingin menunjukkan yang terbaik di depan Sila. Dia tidak peduli kalau nanti rencana yang ada di pikirannya berbeda, yang pasti dia akan berusaha menyatakan perasaannya dengan sepenuh hati.
"Semangat, Yo!" sorak Anton dan yang lainnya yang sudah tahu rencana Rio. Mereka mendukung rencana Rio sepenuh hati. Bagi mereka Rio dan Sila tampak cocok. Sering berpergian bersama seperti sepasang sepatu. Sering juga belajar di perpus bersama. Bahkan mendukung kegiatan ekskul satu sama lain. Sangat romantis.
Seusai latihan Rio menatap ke arah Sila dengan senyuman lebar. Namun, kursi tersebut kosong. Rio mencarinya dan langsung bisa menemukan Sila tengah berdiri di hadapan Arghi. Dia menatapnya dalam diam. Berhenti berlari dan diam-diam menghapus senyumnya. Percakapannya dengan Alvin semalam secara mendadak terngiang di kepalanya.
Lantas sorakan terdengar dari tribun, membuat Rio berdiri dalam kebingungannya, karena tidak mendengar apa yang mereka katakan. Telinganya berdengung saat melihat kotak jam yang kemarin dibeli Sila tersodor kepada Arghi. Arghi berdiri menerimanya dengan senyuman yang sangat lebar.
Alvin dan Jofan sontak menatap Rio saat itu berlangsung. Melihat kawan mereka tengah terpaku dengan wajah kecewanya yang begitu kentara. Lantas Rio berbalik dan masuk ke dalam ruang ganti. Beberapa rekan basketnya ikut masuk, tahu kalau Rio tengah patah hati. Mereka yang siap membantu Rio tapi siapa sangka kalau Sila malah menyatakan perasaannya pada orang lain di hari yang sama. Dan parahnya itu adalah sahabat Rio sendiri.
Rio tidak berganti baju, melainkan langsung mengambil ranselnya dari loker dan pergi dengan terburu-buru. Dia bahkan tidak mendengar panggilan kedua sahabatnya yang berusaha mengejarnya. Rio berjalan cepat pergi ke parkiran. Dadanya terasa sesak melihat kilasan ingatan beberapa menit lalu.
Dengan pikiran tidak tenang dia melajukan motornya dan mengebut di jalanan. Pikirannya suram seketika. Harinya terasa selesai disaat ini juga. Rio tidak tahu kalau rasanya akan sesakit ini. Dia pikir semua akan berjalan sesuai harapannya, nyatanya kenyataan menampar khayalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Подростковая литератураBertemu dengan tiga orang sahabat adalah sebuah anugerah. Saat luka-luka yang aku lihat dari diri mereka perlahan mulai sembuh, membuat hatiku menghangat. Aku berguna bagi mereka dan mereka istimewa untukku. Melewati masa remaja bersama dengan berb...