58. Makan Malam di Bumi Perkemahan

209 19 0
                                    

Sesampai di Bumi Perkemahan Lembah Merapi Jogja, seluruh peserta turun dari truk, termasuk dewan pramuka. Kecuali para ketua sangga yang tetap berada di dalam truk untuk mengoper barang milik anggota sangganya. Rio juga tetap di truk untuk mengoper barang-barang milik sangganya. Dia tepat sekali ditunjuk sebagai ketua karena fisiknya yang bugar. Alvin bahkan hanya berjongkok memperhatikan anggota sangganya yang sibuk mengoper barang untuk di bawa ke area perkemahan.

Setelah selesai membawa perlengkapan, Rio memimpin teman-temannya masuk ke area luas perkemahan. Mereka berkumpul di pagar bertuliskan nomor sangga. Meletakkan semua barang termasuk tongkat di tengah.

Tidak lama para dewan mengisyaratkan agar semua berkumpul melakukan acara pembekalan pemaparan susunan acara hari ini. Dimulai dari membangun tenda, dilanjut upacara pembukaan, dan makan malam. Rio memperhatikan dengan serius agar bisa tepat waktu saat membangun tenda.

Dia juga memikirkan untuk membagi anggota sangganya di bagian yang sekiranya dikuasai. Begitu dibubarkan semua sibuk mengurusi tenda masing-masing. Tenda Arghi dan Jofan berdiri di depan tenda Rio dan Alvin. Di depan tenda menjadi jalan keluar masuk ke lapangan.

"Na, pegang ini!" perintah Rio meminta Alvin memegangi tali karena dia harus mematok pasak terlebih dahulu. Alvin berdiri dan memegang tali erat-erat sesuai perintah Rio. Dia sama sekali tidak paham cara mendirikan tenda. Jadi, dia hanya bergerak sesuai perintah Rio. Untungnya Rio pengertian kepadanya dan selalu memberikan arahan kepadanya, setidaknya dia tidak menganggur.

"Okeh, makasih," ucap Rio dan mengambil alih tali dari Alvin. Mengikatnya dengan kencang ke pakah besi tersebut. Tinggal satu bagian lagi yang perlu di pakah. Dan itu sudah menjadi tugas lainnya.

"Na, bisa susun karpet kan? Coba disusun, aku mau buat tempat sepatu sama tempat tongkat dulu," ucap Rio. Alvin mengangguk paham dan segera membawa karpet masuk ke tenda. Lapisan pertama terpal plastik, kedua karpet lebar, dan lapiran terakhir karpet halus yang berjumlah empat. Tenda milik sangganya cukup luas untuk ditempati 10 orang.

Setelah menata karpet, Alvin keluar memasukkan tas dan perlengkapan sangga lainnya. Dia juga membagi tempat tidur secara tidak langsung dengan menempatkan ransel. Setelah selesai dia langsung keluar tenda karena kegerahan berada di dalam tenda.

Melihat Rio yang tengah melakukan tali-menali dengan tongkat pramuka. Beberapa membantu, lainnya sibuk duduk beristirahat. Baru tenda mereka yang berdiri kokoh, sementara lainnya masih dalam proses pengerjaan. Berkat Rio yang cekatan dan pandai membagi tugas, tenda sangga 12 selesai berdiri.

"Buat apa Yo?" tanya Kevin yang sedari tadi duduk memperhatikan.

"Tempat sepatu. Kalau ditaruh di luar tenda gitu aja, nanti ada dewan jahil yang umpetin sepatu dan kalau dimasukin ke tenda nanti bau tendanya," jelas Rio membuat sembilan remaja itu manggut-manggut.

Ah, pramuka itu musuh terbesar para remaja laki-laki, tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Rio. Buktinya lelaki itu bisa dengan cekatan mengikat tongkat dengan variasi simpul. Bahkan membuat tempat tongkat berdiri berbentuk kerucut dengan bagian tengah terkibar bendera merah putih yang dibawa Rio.

"Bakalan menang sangga kita kalau gini," puji Kevin melihat hasil kerja ketua sangga. Dia tidak menyesal satu sangga dengan Rio.

"Na, ambilin air minumku dong," pinta Rio dan duduk bersama lainnya.

"Nama dia Alvin kan? Kok manggilnya Na?" tanya Kevin penasaran. Pasalnya sejak awal bertemu kedua orang kembar itu, dia terus mendengar Rio memanggil Alvin dengan sebutan Na.

"Iya," jawab Rio singkat. Dia lantas menerima air mineral dari Alvin. Meneguknya dan menawarkannya kepada yang lainnya, termasuk Alvin.

"Yo, bantuin sangga kita dong!" pinta Arghi. Rio mengangkat alis bingung kenapa Arghi meminta bantuannya.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang