60. Rio

248 23 0
                                    

"Mau penghargaan kayak apa, tuan muda yang terhormat?" tanya Manda dengan nada yang merendahkan. Rio berpikir sejenak apakah ini akan menguntungkannya atau tidak.

"Para dewan sarapan nanti ikut makan bareng kelas 10. Di panggung baris yang rapi, kita makan bersama," ucap Rio. Beberapa menatap tidak percaya pada Rio yang malah meminta hal mudah semacam itu. Alvin merasa menyesal sudah berharap lebih pada Rio. Rio ini sulit ditebak jalan pikirannya.

"Hanya itu?" tanya Manda ikut speechless.

"Dengan waktu yang tadi malam diberikan, lima menit," lanjut Rio. Dia tahu beberapa dewan juga kesulitan makan dengan cepat. Jadi, dia ingin menantang mereka agar makan dalam waktu yang sesingkat itu. Dia sakit hati karena terus diejek lambat atau beberapa temannya dicela sebagai lelaki lembek. Hanya karena makan secara perlahan.

"Oh, itu. Gampang, bahkan tiga menit aja bisa," ujar Manda dengan wajah sombongnya. Rio tersenyum culas melihat itu. Manda ini tipikal orang seperti Rio. Mudah tersulut dan menyombong.

"Kalau begitu kalau para dewan kalah, nanti malam ikut tampil di panggung hiburan," tantang Rio membuat beberapa dewan berdecak tidak setuju. Rio tersenyum berpura-pura ramah. Manda sampai menahan diri untuk tidak menyergap remaja itu dan memukulnya bertubi-tubi.

"Terus kalau kalian yang kalah gimana, apa hukumannya?" tanya Manda akhirnya ikut menantang. Laki-laki kalau direndahkan akan tersulut emosi, begitulah Manda sekarang. Dan Rio suka sekali melihat pradananya tersulut emosi. Kapan lagi bisa membuat dewan bertaruh dengannya.

Rio berbalik untul berdiskusi sebentar dengan sangga lain. Lantas sepakat akan melakukan satu hal yang diinginkan oleh para dewan. Beberapa ada yang memprotes Rio karena mengikutsertakan mereka, tetapi bagi sebagian besar orang inilah kesempatan untuk mereka mengembalikan harga diri yang telah diinjak tadi malam.

"Satu hal yang diinginkan oleh kakak dewan semuanya untuk kelas 10," ucap Rio. Setelah itu Manda tampak berpikir sejenak. Lantas beberapa dewan lain berjalan mendekat untuk berdiskusi secara singkat.

"Ok, kalau kalian kalah pulang jalan kaki," ucap Manda setelahnya tersenyum. Rio juga tersenyum.

Setelah perdebatan itu akhirnya para dewan berhenti mengguyur seseorang dengan alasan apapun. Mereka hanya akan bersorak provokatif di sekitar barisan. Kemudian acara inti akhirnya dimulai.

"Hari ini ada acara uji ketahanan fisik, nanti berangkat tiap sangga membawa lilin. Jangan sampai padam apinya. Setiap 100 meter di kiri jalan ada lilin juga, jadi kalian bisa hidupin lilin kalian kalau memang mati. Kakak bubarin sekarang, ambil tas kalian, terus kumpul disini dalam lima menit, dimulai dari..." jelas Manda dan menatap jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Dia kembali mendongak, "sekarang!" serunya dan seluruh siswa membubarkan diri pergi ke tenda masing-masing membawa ransel mereka.

Rio membantu anggotanya memasukkan barang ke dalam ransel agar tidak ada yang tertinggal. Setelah itu semua berkumpul kembali di lapangan menggendong ransel yang begitu berat. Sebenarnya kebanyakan tidak berguna seperti kain sarung untuk selimut, alat mandi, handuk, jas hujan, dan masih banyak barang yang kebanyakan tidak akan digunakan para kaum laki-laki.

Nyatanya mereka semua enggan mandi, hanya butuh sikat gigi dengan pasta yang bahkan bisa memalak dari siswa lainnya. Tidur juga tidak membutuhkan sarang karena saling berhimpitan. Lagipula kebanyakan tidak salat karena non muslim. Ditambah lagi sekarang musim kemarau, tidak mungkin jas hujan digunakan di cuaca cerah.

Kelompok Rio berjalan lebih dulu, itu karena kelompoknya berkumpul dengan cepat dan kompak, tidak ada anggota yang tertinggal. Rio mengambil satu lilin dan membawanya. Sebelum berjalan keluar area lapangan, dia meminta Alvin untuk membagi senter yang ada di saku kimpulnya.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang