14. Berteman

328 24 0
                                    

Jam istirahat pertama dimulai, pertanda pelajaran olahraga di kelas 10 Mipa-2 telah usai. Para siswi keras kepala ingin berganti di dalam kelas sedangkan para laki-laki enggan mengalah dan tetap berpegang teguh pada kebiasaan berganti di ruang kelas. Arghi dan Jofan sudah ngacir ke kamar mandi sebelum toilet penuh sesak. Sementara itu, Rio menunggu Alvin mencari dasi seragam kotak-kotak miliknya.

"Ketinggalan kali," ujar Rio merasa tidak betah berlama-lama di dalam kelas. Suasana riuh benar-benar membuatnya muak apalagi gumaman Alvin yang panik mencari dasi miliknya. Dia keras kepala telah memasukkannya ke dalam tas tapi jelas Rio tidak percaya. Bisa saja Alvin lupa dan tidak memasukannya.

"Udah nggak usah dicari, nggak masalah kalo nggak pake dasi," bujuk Rio agar Alvin segera beranjak pergi ke kamar mandi untuk berganti.

"Yah..." keluh Alvin dan pasrah. Dia memasukkan kembali peralatan alat tulisnya ke dalam tas ranselnya. Melupakan dasi yang hilang entah kemana. Dia berjalan mengekor Rio keluar kelas membuat para siswi makin keras berseru.

"Tuh lihat! Rio aja ganti di kamar mandi!" teriakan itu membuat Rio yang baru saja melangkah keluah hanya bisa geleng-geleng kepala. Perdebatan yang tidak penting itu nyatanya selalu terjadi tiap pelajaran olahraga. Di segala jenjang pendidikan pasti pernah ada yang ribut masalah ganti di ruang kelas. Rio juga pernah, tapi sekarang begitu dipikir baik-baik itu sama saja membuang waktu. Dibanding menghabiskan 10 menit berdebat dia lebih memilih berjalan ke kamar mandi dan berganti, itu menghabiskan waktu sekitar 15 menit saja.

Mereka berdua berpas-pasan dengan Arghi yang tengah berkaca di kamar mandi. Seragam olahraganya dia lipat asal dan diletakkan di meja wastafel. Sedangkan dia tengah menata rambutnya dengan air keran agar terlihat rapi dan tidak kusut.

"Jofan!" panggil Alvin iseng. Si empu hanya membalasnya dengan gumaman. Alvin tersenyum mendengar itu. Mengambil tempat ganti tepat di sebelah bilik Jofan. Sedangkan Rio mengambil tempat di sisi seberangnya.

"Jofan, masih lama nggak?" seru Arghi dari luar. Rio melepas seragam olahraganya segera berganti dengan seragam kotak-kotak khas sekolahnya.

"Duluan saja, aku balik sendiri!" balas Jofan dengan berseru juga. Rio yang sedang mengancing seragamnya hanya berdecak lirih. Jarak keduanya hanya beberapa meter, dan juga kamar mandi ini membuat suara bergema. Tidak perlu berseru untuk berbincang apalagi saat kamar mandi begitu sepi. Seruan keduanya begitu mengganggu telinga Rio.

"Okeh, duluan ya guys!"

Tidak butuh waktu lama untuk Rio menyelesaikan acara ganti baju. Dia sudah keluar dengan seragam kotak-kotak dan pergi ke wastafel mencuci tangannya. Menunggu Alvin yang terdengar tengah mengobrol bersama Jofan. Rio duduk di meja wastafel, bosan menunggu. Ingin kembali ke kelas tapi dia kepikiran, mungkin saja di kelas masih ada oknum yang berganti baju. Percuma sampai sana kalau harus berdiri sendiri di depan kelas.

"Vin, masih lama?" tanya Rio dengan bosan. Alvin keluar setelahnya dan nyengir kuda. Lantas Jofan ikut keluar dari biliknya. Dia berjalan lebih dulu, tahu diri kalau Rio masih tidak menyukainya.

Sesampainya di kelas, rupanya para siswi yang kalah debat dan harus berganti di kamar mandi. Arghi sudah sibuk bermain ponselnya dengan earphone menyumbat telinganya. Tidak peduli keadaan sekitar yang begitu riuh bak dalam pasar.

Rio sudah tahu apa yang Arghi lakukan, dia tengah menyusun not untuk membuat lagunya sendiri. Dia mendengar dari bundanya kalau Arghi sangat suka membuat lagu. Pasti dia melakukannya di ponselnya, itu sebabnya dia melakukannya dengan santai.

Alvin tampak kembali mencari dasi, kali ini laci menjadi sasaran pencariannya. Rio meliriknya sekilas dan memainkan ponselnya. Jofan terdengar menanyakan perihal apa yang sedang Alvin lakukan.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang