83. Berakhir

239 13 0
                                    

"Yo, baru berangkat?" tanya Alvin basa-basi. Rio melengos dan duduk enggan peduli pada Alvin. Apalagi saat dia melihat wajah tak acuh Arghi, sangat tidak tahu malu.

Sepanjang pelajaran berlangsung Rio diam tidak pernah menanggapi bisik-bisik dari Alvin. Alvin yang diacukan mulai merasa kesal namun, tidak bisa protes pada Rio. Sahabatnya tengah patah hati, dia tidak bisa memaksanya untuk bersikap biasa, dan hanya bisa mendoakan semoga Arghi segera menjelaskan semuanya agar Rio berhenti mengabaikannya.

Dia masih tidak percaya bahwa Arghi menerima pernyataan cinta dari Sila. Padahal jelas-jelas dia sendiri yang mulanya menggoda Rio dengan Sila. Alvin tahu cinta tidak pernah bisa dipaksa. Tidak bisa dikendalikan sesuka hati, tapi tidak bisakah Arghi menolak Sila? Rasanya terlalu egois kalau menerima pernyataan cinta dari gadis yang disukai sahabatnya sendiri.

Wajar Rio semarah itu, bahkan dia menjadi ikut dibenci juga oleh Rio. Padahal semalam laki-laki itu baik-baik saja dan pulang ke rumah dengan tekad yang kuat. Kenyataan itu terlalu menyakiti perasaan Rio membuatnya bungkam dengan wajah yang sangat keras. Alvin tidak ada ide untuk meluluhkan hati Rio.

Bahkan Rio pergi ke kantin sendiri dan bergabung dengan teman basketnya membuat Alvin dengan canggung duduk bersama Jofan dan Arghi. Dia masih merasa jengkel pada keputusan Arghi atau Jofan yang kemarin diam saja seperti sudah tahu semuanya. Harusnya dia ikut Rio duduk bergabung dengan orang-orang ekskul basket saja daripada duduk dengan canggung.

"Eh?" cicit Alvin saat Arghi berdiri tampak selesai dengan makan siangnya. Dia ditinggal berdua bersama Jofan. Jofan juga terlihat bingung harus apa, lantas remaja itu memilih duduk menunggu Alvin dalam kecanggungan. Biasanya meja kantin ini ramai karena perdebatan Rio dan Arghi. Sekarang terasa sangat sepi. Semoga saja, ini tidak berlarut-larut.

"Biboy..." cicit Alvin melihat Rio seharian mengacuhkannya. Dia sangat keberatan dengan perilaku Rio saat ini. Padahal dia sama sekali tidak tahu menahu terkait perasaan Sila dan Arghi, lalu kenapa Rio malah memusuhinya juga. Harusnya hanya kepada Arghi, Rio meluapkan kekesalannya.

"Apa?" ketus Rio dan berpura-pura memainkan game di ponselnya. Padahal pikirannya sedang ruwet ditambah pesan terakhir Sila di jam istirahat yang menanyakan keberadaan Arghi. Dia merasa tak berdaya dengan keberadaan Sila yang tidak juga mengerti tentang perasaannya. Tenaga dan waktunya yang selalu ia gunakan bersama Sila, terasa sia-sia seketika.

"Jangan musuhi aku, kan itu bukan salahku!" omel Alvin dengan wajah sebal. Jofan mendengar itu, tentu saja karena percakapan keduanya di saat kelas cukup sunyi. Mereka tengah sibuk mengerjakan tugas matematika. Sepertinya Rio dan Alvin selesai lebih dulu, itu sebabnya mereka bisa mengobrol.

"Jangan ganggu aku!" tegas Rio membuat Alvin mengerucut makin kesal.

"An! Ini salahmu lho! Kamu nggak ada niatan jelasin semuanya ke kita?" tanya Alvin berganti pada Arghi. Dia sampai menendang kaki kursi Arghi saking kesalnya. Gara-gara Arghi dia jadi dimusuhi oleh Rio. Ketiga sahabatnya itu pasti sudah tahu rasanya diabaikan oleh Rio seperti apa, lalu kenapa Arghi malah diam saja. Seolah ini semua bukan kesalahannya.

"Apa sih maksudmu!" seru Arghi ikut kesal. Dia tidak suka diganggu, apalagi ditanyai dengan nada seperti itu. Bukunya tercoret karena Alvin menendang kursinya. Seisi kelas menatap mereka dengan tatapan terkejut. Jofan juga ikut terkejut melihat Arghi merespon Alvin dengan teriakan seperti itu. Sementara Rio diam saja di kursinya dan tetap tenang bermain dengan ponsel miliknya.

"Kamu salah lho An! Kamu tahu Rio suka Sila, kenapa..."

"Terus apa? Sila sendiri yang bilang suka sama aku," pungkas Arghi menatap Alvin dengan tatapan nyalang. Alvin menggigit pipi dalamnya merasa makin kesal mendengar kesombongan seorang Arghi. Seharusnya kemarin dia langsung memukul Arghi di tempat. Seharusnya dia juga menyeret Rio ke hadapan Arghi agar Arghi mendapat hadiah pukulan dari Rio.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang