Setelah makan malam selesai mereka diminta tidur dengan segera. Hal tersebut mengundang tanya para siswa kelas 10 yang telah mendapat bocoran tentang kegiatan di malam hari. Artinya berita itu tidak benar adanya. Jadi, mereka dengan santai menikmati malam pertama mereka di bumi perkemahan ini.
Tetapi, Rio segera tahu ada hal yang ditutupi oleh para dewan. Pasti nanti malam ada sesuatu yang terjadi, Rio yakin tentang hal itu. Maka dengan diam-diam dia memberitahu temannya untuk segera tidur karena mungkin tengah malam mereka akan dibangunkan.
Alvin menurut dan segera terlelap, tidak peduli kalau beberapa teman satu sangganya memilih saling mengobrol. Rio juga berbaring bersiap terlelap. Menutup tenda dan mematikan lampu petromaks agar bisa tidur dengan tenang. Beberapa kali dia mengingatkan yang masih enggan tidur untuk tidak terlalu berisik.
Sampai kemudian sorot lampu senter mulai terlihat berkeliaran menyorot satu per satu tenda. Rio belum tidur saat itu. Dia masih setengah sadar saat beberapa dewan menyorot tendanya dan bercakap-cakap di dekat tenda.
Setelah itu terdengar panggilan dari luar. Rio tidak tertipu, dia tahu panggilan itu hanya untuk mengecek apakah di sangga 12 sudah tidur semua atau belum. Tangannya meminta anggotanya yang belum tidur untuk tetap berbaring dan jangan ada yang terkecoh untuk menyahuti panggilan itu.
Begitu lima menit berlalu, para dewan pergi dan melanjutkan kegiatan mereka itu ke tenda lain, mencari mangsa. Rio memejamkan matanya berharap bisa segera tidur, setidaknya satu jam saja. Namun, suara gaduh di luar membuatnya semakin tidak bisa tidur.
Hari sudah semakin larut. Rio merogoh tasnya mengeluarkan jam tangan dan melihat sudah jam 12 malah lewat 25 menit. Suasana sudah sepi, entah dewan pergi kemana Rio tidak ada ide. Dia duduk, merasa putus asa tidak bisa tidur.
"Em, jam berapa?" suara serak Alvin terdengar di kesunyian. Rio menoleh melihat dalam kegelapan Alvin yang mengucek matanya.
"12 malam," jawab Rio.
"Nggak tidur, Yo?" tanya Alvin meregangkan tubuhnya. Wajahnya masih mengantuk, bahkan dia menguap lebar.
"Enggak, lanjut aja tidurnya," jawab Rio bergeser sedikit agar Alvin bisa tidur dengan nyenyak kembali.
Alvin tampak kembali terlelap tidur. Membuat kesunyian kembali diterima Rio. Dia membuka sedikit tendanya, melongok ke luar dan melihat betapa sepi area perkemahan. Para dewan mungkin sedang tertidur.
Tidak berselang lama, tepatnya pukul dua pagi. Rio mendengar suara derap langkah kaki. Juga bisik-bisik yang berjalan menuju ke lapangan, melewati tendanya. Kemungkinan besar dewan. Rio mengintip melihat dewan pramuka yang sudah berpakaian lengkap. Benar dugaannya, kalau ada acara yang dilakukan tengah malam. Ah tepatnya pagi-pagi buta.
"Yo," panggil Alvin membuat Rio terkejut setengah mati. Dia kira itu salah satu dewan yang menyadari dia tengah mengintip. Alvin bangkit duduk tidak tahu bahwa Rio terkejut karenanya, "kamu tahu kamar mandi?" tanya Alvin absurd.
"Kamu kebelet?" tanya Rio to the point. Alvin mengangguk. Dengan senang hati Rio mengangguk dan membuka tenda. Alvin mengikuti. Pergi ke kamar mandi yang letaknya cukup jauh dari tenda mereka.
Secara tidak langsung, Rio bisa melihat para dewan yang duduk tengah melakukan rapat. Alvin masuk ke kamar mandi, sedangkan Rio memilih membasuh wajahnya di wastafel. Dalam diam, Rio melihat semua dewan mulai membubarkan diri. Tetapi, belum ada tanda-tanda akan mengobrak-abrik tenda untuk dibangunkan.
"Mereka nggak tidur?" tanya Alvin baru keluar dari kamar mandi. Dia melihat para dewan berkelilingan dengan diam. Meskipun disana gelap, Alvin bisa melihat siluet para dewan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen FictionBertemu dengan tiga orang sahabat adalah sebuah anugerah. Saat luka-luka yang aku lihat dari diri mereka perlahan mulai sembuh, membuat hatiku menghangat. Aku berguna bagi mereka dan mereka istimewa untukku. Melewati masa remaja bersama dengan berb...