25. lupa mengerjakan

273 24 0
                                    

Hari ini Rio ada latihan basket sepulang sekolah. Jadi, begitu bel pulang berbunyi, dia bergegas pergi ke gedung ekstrakulikuler. Alvin sudah pulang sedangkan Arghi dan Jofan duduk di tribun lapangan indoor. Arghi memang harus menunggu Rio agar pulang berdua. Sedangkan Jofan mengatakan sepupunya pulang pukul enam sore. Dia bisa naik angkot tetapi, dia enggan melakukan itu dan memilih untuk menonton Rio.

Arghi menyadari tingkah keduanya berubah menjadi sangat akrab semenjak mereka izin ke uks. Ia jadi penasaran apa yang membuat keduanya menjadi dekat. Bahkan sikap Rio kepadanya saja masih begitu cuek dan mengundang emosinya.

"Akrab banget sama Rio, baru jadian apa gimana?" cibir Arghi begitu melihat keduanya tampak kontak mata dan Rio tanpa canggung melambaikan tangan pada Jofan. Jelas itu ditujukan kepada Jofan, tidak mungkin pada dia yang bahkan baru bertatapan mata saja Rio sudah melengos membuang wajah ke arah lain.

"Jadian apaan? Aku masih normal kali," ucap Jofan dengan wajah kesal. Bisa-bisanya dia dikatai jadian hanya karena saling melempar senyum dan melambaikan tangan. Memangnya hanya orang pacaran saja yang bisa melakukan hal tersebut. Sahabat juga bisa. Ah, memikirkan kata sahabat membuat Jofan kembali mengembangkan senyumnya.

"Ih sinting," cibir Arghi melihat Jofan malah tersenyum lebar. Jofan menghapus senyumnya dan menatap Arghi kesal, membuat Agrhi beringsut duduk menjauh. Jofan bersikap tidak peduli dan memutar bola matanya, kembali memandang lapangan.

Mereka menonton latihan Rio hari ini dalam diam. Mengamati betapa lincah Rio mendribble bola dan bergerak melesat memasukkan bola. Jofan tersenyum melihat Rio yang berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Ponselnya bergetar menampilkan sebuah panggilan masuk dari sepupunya. Jofan menerimanya.

"Halo," sapa Jofan membuat Arghi menoleh menatap Jofan. Dia kembali memutar kepalanya menonton latihan begitu melihat Jofan berbicara dengan orang di seberang telepon.

"Iya, nggak apa-apa. Ya udah hati-hati ya," ujar Jofan dan memutus panggilan. Arghi kembali menoleh saat Jofan bangkit berdiri.

"Mau kemana?" tanya Arghi melihat jam belum menunjukkan pukul enam.

"Balik, duluan ya ..." pamit Jofan dan berlalu keluar lapangan. Arghi berdecak tapi kemudian melambaikan tangannya, membiarkan temannya pulang lebih dulu. Jofan ini suka sekali meninggalkannya sendiri. Laki-laki kejam.

Arghi membuka ponselnya melihat Alvin spam chat padanya menanyakan apakah sudah sampai di rumah atau belum. Arghi memotret Rio yang tengah duduk beristirahat bersama yang lainnya. Tampak memainkan bola basket sembari mengobrol. Begitu selesai mengambil foto, Arghi mengirimkan kepada Alvin.

"Lagi nunggu ayang bebeb latihan basket."

Tulisnya dan membuatnya terkikik geli. Itu yang sering cewek-cewek sebut untuk memanggil Rio. Seolah Rio benar-benar milik mereka, padahal mereka hanya menghalukan seorang Rio. Wah, andai semua siswi penggemar Rio tahu siapa yang Rio sukai, Arghi rasa mereka akan serempak mundur. Bagi Arghi, Sila adalah paket komplit dan nampak serasi dengan Rio.

["Sinting."]

["Kabarin kalo udah balik."]

["Aku lupa buat tugas lukisan."]

Arghi melebarkan matanya baru ingat tugas itu. Sial bagaimana mungkin dia lupa. Besok hari pengumpulan tugas tersebut. Dia menatap Rio yang tampak masih santai, apakah Rio ingat tugas itu? Ah sialan kenapa pula Alvin baru mengingatkannya.

Tangannya bergerak cepat mengirim pesan pada Jofan. Jofan pandai menggambar setidaknya dia tahu cara menggambar atau sedikit bisa memberikan ide untuknya melukis. Dengan cemas dia menunggu pesan balasan dari Jofan.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang