"Sekarang Nana!"
Arghi dengan wajah bersemangat berseru ingin segera mendengar cerita dari Alvin. Pasti cerita kali ini juga sudah diketahui Rio. Ah, Rio sungguh manusia paling beruntung yang bisa mendengarkan cerita seseorang secara langsung dan menjadi paling pertama. Bahkan tanpa harus dipaksa orang itu akan langsung cerita kepada Rio.
"Nggak ada," jawab Alvin membuat Arghi mendelik kesal. Dia sudah cerita panjang lebar dan dengan mudahnya Alvin mengatakan tidak ada hal yang akan diceritakan. Curang sekali.
"Jangan bohong, Na! Kalau curang gitu nanti pulang sendiri aja!" ancam Arghi kesal. Rio tertawa melihat wajah kesal Arghi, rasakan betapa menyebalkan seorang Alvin. Alvin mengangkat bahu.
"Toh aku bisa naik motor sendiri, wle!" ejek Alvin menjulurkan lidahnya lantas mengambil jambu. Jofan ikut tertawa melihat hari ini Alvin selalu bertingkah menyebalkan. Untungnya dia tidak ikut merasakan keras kepalanya seorang Alvin.
"Ya udah sekarang Rio! Coba ceritain apa yang kamu tahu tentang Nana!" kesal Arghi membuat Alvin semakin mengejeknya. Itu karena Rio juga tidak tahu apa-apa tentang dirinya.
"Kok aku, ya Alvin dulu lah!" tolak Rio. Dia juga ingin tahu rahasia milik Alvin. Pertanyaan terbesar Rio adalah alasan Alvin tinggal berdua dengan sang nenek. Kemana kedua orang tua Alvin?
"Nggak ada," jawab Alvin menyebalkan.
"Ya udah kalau nggak ada cerita, aku mau tanya," ucap Rio. Mungkin memang hidup Alvin terlalu flat sampai tidak memiliki kisah menarik. 11-12 dengan hidup Rio yang biasa saja kecuali pertengkaran kecilnya dengan sang kakak atau 1001 larangan dari kedua orang tua Rio.
"Tanya apa?" tanya Alvin akhirnya setuju dengan ide Rio. Meskipun ada satu orang yang tampak merengut tidak setuju. Tentu saja Arghi.
"Kenapa kamu sekarang tinggal sama nenek kamu?" tanya Rio. Arghi berdecak mendengar pertanyaan tidak bermutu dari Rio. Harusnya Rio bertanya apakah hidupnya berjalan lancar atau seindah kisah negeri dongeng, bukan malah hal tidak penting seperti itu.
"Iya karena udah nggak ada rumah lain," jawab Alvin setengah-setengah. Rio mengembuskan napas jengah. Hari ini entah kenapa Alvin begitu menyebalkan untuknya.
"Terus orang tua kamu di mana?" tanya Rio.
"Udah meninggal," jawab Alvin tenang. Rio menatap tidak percaya pada fakta itu. Dia sudah berpikir tentang Alvin yang tinggal bersama neneknya. Dia pikir orang tuanya bercerai seperti orang tua Jofan, ternyata mereka sungguh pergi dan tidak akan bisa ditemui lagi.
"Kapan, Na?" tanya Rio berduka.
"lima tahun lalu," jawab Alvin membuat Rio menepuk bahu Alvin mengucapkan rasa dukanya yang sudah sangat terlambat selama lima tahun. Arghi yang semula enggan mendengar jadi ikut merasa bersalah. Dia menatap Alvin simpati meskipun Alvin tampak baik-baik saja. Jofan tidak kalah diam menatap prihatin temannya yang pertama kali membuka hati untuknya.
"Jadi sepi gini suasana," ucap Alvin dan terkekeh. Rio tersenyum tipis. Arghi memilih menyomot jambu dan memakannya. Alvin menatap Rio, "sekarang ceritain tentang Biboy," pinta Alvin pada Rio.
"Kamu aja yang cerita, itu kan karangan kamu," ucap Rio membuat Alvin terkikik geli mengingat hal ini. Karena sudah membuat Arghi dan Jofan penasaran, dia akhirnya menceritakan kisah 10 tahun lalu. Kisah yang hanya dua orang itu simpan bahkan tidak pernah menceritakannya kepada siapapun. Nama istimewa itu bermula dari ....
*
Flashback on.
Hari ini, sekolah akan mengadakan perlombaan memperingati HUT RI. Hanya ada perlombaan kecil semacam menata korek api, memasukkan pensil dalam botol, memakai seragam, lomba balap karung, sampai acara puncak nanti malam. TK Pertiwi akan menampilkan drama tradisional pewayangan untuk menyemarakan acara karang taruna di desa setempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen FictionBertemu dengan tiga orang sahabat adalah sebuah anugerah. Saat luka-luka yang aku lihat dari diri mereka perlahan mulai sembuh, membuat hatiku menghangat. Aku berguna bagi mereka dan mereka istimewa untukku. Melewati masa remaja bersama dengan berb...