Rio mengantar Arghi sampai di depan rumahnya. Lantas memutar motornya dan pulang ke rumahnya sendiri. Rupanya kedua orang tuanya hari ini pergi ke luar kota. Rio baru mengecek pesan masuk dari mereka dan mendapati beberapa panggilan masuk tidak terjawab dari kedua orang tuanya.
Sudah jelas mereka menunggu Rio tetapi, karena acara pramuka yang mendadak dia jadi pulang terlambat. Kakaknya juga ada acara di kampusnya. Semacam seminar dan membuatnya hari ini pulang larut malam. Rio turun setelah mandi, dia membuka kulkasnya. Mengambil susu kotak dan meminumnya. Lantas berjalan menuju dapur.
Rasanya senang, hari ini akhirnya dia bisa makan mie instan. Bundanya selalu melarangnya makan mie instan. Padahal mie instan begitu enak dan bikin nagih. Siapa yang tidak makan mie instan jaman sekarang?
Dia merebus air dan mengecek ponselnya. Membaca chat dari Alvin yang mengeluhkan angkot datang terlambat membuatnya harus jalan sendiri. Untungnya ada Anton yang menawarinya boncengan.
["Anton bilang, dia temenmu. Bener Yo?"]
Begitu pesan terakhir Alvin. Rio membalasnya singkat, mengatakan Anton memang temannya. Dia tidak tahu Anton kenal Alvin darimana, seingatnya Anton hanya mengenal Arghi karena pernah mengantarnya pulang.
Setelah matang, Rio menuangkan bumbu dan kembali merebusnya sebentar, setelahnya dia menuangnya ke dalam mangkuk. Dengan senyum lebar ia letakkan mangkuk tersebut di meja makan, bersiap menyantap makan malamnya. Namun, ketukan di pintu membuatnya mendengus dan mengurungkan niatnya menyantap makan malam.
"Sebentar!" sahut Rio dan berjalan
membuka pintu rumahnya. Begitu terbuka senyum lebar Arghi membuatnya memutar bola mata. Rupanya Arghi yang mengetuk pintu rumahnya. Untuk apa pula temannya itu mengetuk rumahnya malam hari."Hehehe ... Yo pinjem motor dong," ujar Arghi cengar-cengir. Rio mendengus lantas mengambil kunci motornya. Arghi hampir mendapat kunci itu sebelum Rio menarik tangannya kembali. Membuat Arghi hanya menyentuh udara kosong.
"Mau kemana?" tanya Rio penasaran.
"Beli makan, laper ..." jawab Arghi.
"Jangan lama-lama!" pesan Rio yang diangguki Arghi. Dia lantas melemparkan kunci motornya membuat Arghi terkejut namun berhasil menangkapnya. Untung saja responnya cepat.
"Sepi banget rumahmu, tante Ica mana?" tanya Arghi melongokkan kepalanya ke dalam rumah Rio. Mengintip ke dalam rumah Rio yang nampak begitu sepi, berbeda seperti biasanya.
"Ke luar kota," jawab Rio dan diangguki Arghi dengan ber-oh. Dia lantas pergi menuju garasi rumah Rio dan pergi meninggalkan pelataran rumah Rio. Rio langsung ngacir ke meja makan makan. Mienya yang berharga sudah mulai mengembang. Arghi memang selalu sukses membuatnya sial.
Meski begitu dia tetap memakan mienya dengan hati yang senang. Sampai di suapan terakhir Arghi pulang bersama sekantong plastik dengan logo alfamart. Rio pergi ke dapur mencuci mangkuk dan panci membiarkan Arghi masuk ke dalam rumahnya. Dengan rusuh Arghi meletakkan belanjaannya di meja makan membuat Rio menatap sebentar dengan heran.
"Ayo pesta! Besok libur!" ujar Arghi dengan heboh. Rio berdecak dan meletakkan mangkuk hasil cuciannya ke rak piring lantas menggantung panci.
"Pesta apa?" tanya Rio mendekat ke meja makan untuk melihat apa saja yang dibeli kawannya itu. Ada banyak snak dan minuman bersoda. Rio menatap Arghi yang hanya nyengir, "bukannya mau beli makan buat makan malam?" tanya Rio.
"Itu aku beli mie instan. Yok ah ngegame!" ajak Arghi yang sudah berjalan membawa pop mie-nya ke dapur. Dia membuka kemasan mie instan cup tersebut dan menuang air panas dari dispenser. Memasukkan bumbu dan membawanya ke ruang tamu. Lantas mengeluarkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
Teen FictionBertemu dengan tiga orang sahabat adalah sebuah anugerah. Saat luka-luka yang aku lihat dari diri mereka perlahan mulai sembuh, membuat hatiku menghangat. Aku berguna bagi mereka dan mereka istimewa untukku. Melewati masa remaja bersama dengan berb...