61. Lomba

210 18 0
                                    

Pagi ini, sarapan sudah akan dilaksanakan. Dan sesuai kesepakatan dewan pramuka juga ikut makan, tetap dalam waktu 3 menit. Waktu yang mustahil untuk bisa menyelesaikan makan. Pada akhirnya kelas 10 memenangkan perjanjian itu dan bisa makan siang secara santai. Bahkan tanpa terasa hari berlalu dengan cepat. Mereka lebih banyak bersenang-senang meskipun harus sedikit putar otak mencari cara agar bisa membersihkan jas hujan dan pakaian yang kotor. Antrean panjang di kamar mandi membuat para siswa laki-laki lebih memilih menyingkir, membiarkan para siswi yang menggunakan kamar mandi.

Lagipula laki-laki harus bisa mengalah dan membiarkan siswi menggunakan kamar mandi mereka. Karena kondisi perempuan yang memiliki sensitifitas lebih tinggi dibanding laki-laki sehingga kebersihan mereka harus dijaga. Alasan lain adalah karena para siswa laki-laki sangat enggan mandi. Terlalu ribet dan buang-buang waktu. Lebih baik mereka bersantai di tenda sembari mengobrol ringan dengan teman sesangga.

Rio dan Alvin juga enggan mandi dan memilih merebahkan diri. Mereka menggelar tikar di depan tenda membuat Jofan datang dan bergabung bersama keduanya. Mereka mulai membicarakan pengalaman semalam. Sangga Jofan rupanya kena prank juga, bahkan menurut Jofan, Arghi sampai menangis. Hal itu ia ketahui karena melihat Arghi yang meneteskan air mata saking takutnya. Membuat Rio dan Alvin tertawa ngakak membayangkan wajah jelek Arghi saat menangis. Apalagi Rio yang sudah pernah mendapati remaja seusianya itu menangis bak anak kecil.

Tidak lama kemudian, Arghi bergabung dengan rasa penasaran tentang apa topik pembicaraan mereka. Dia bahkan duduk mendusel diantara Rio dan Alvin, membuat Rio terdorong hampir berguling keluar tikar. Karena tikar yang kecil, Alvin dan Rio tidak bisa rebahan lagi. Mereka memilih duduk daripada harus jadi korban keganasan seorang Arghi.

"Aan cengeng banget, sama hantu aja takut," ejek Rio membuat Arghi sadar Jofan sudah menceritakan kejadian tadi malam. Sementara Alvin sudah tertawa keras-keras ikut mengejek Arghi yang melotot pada Jofan.

"Malu-maluin aja," timpal Alvin seolah melupakan keringat dinginnya tadi malam saat melihat pocong-pocogan. Rio diam saja membiarkan Arghi saja yang menjadi bahan bullyan.

"Kayak Rio dong, bukannya lari ketakutan malah ngeprank balik tuh pocong," cerita Alvin dengan bangganya. Seolah yang melakukan hal tersebut adalah dia. Hal tersebut semakin membuat Arghi ditertawakan.

"Ah, Jojo mah nggak asik. Apa-apa diaduin. Cepu dasar," keluh Arghi mengerucutkan bibirnya kesal. Jofan tertawa saja mendengar keluhan tersebut.

Lantas keempatnya mulai bercerita tentang hal random bahkan cerita horor. Beberapa siswa laki-laki ikut mendekat untuk ikut bercerita atau sekedar menjadi pendengar. Mereka menghabiskan siang santai itu bersama layaknya sebuah keluarga. Sampai kemudian acara bercerita itu harus dibubarkan oleh dewan yang menyuruh mereka berkumpul di lapangan.

"Siang ini agendanya kita main game. Nanti kalian wajib mengirim perwakilan buat tiap game. Nanti ada hadiah buat pemenang. Kalau ada sangga yang ketahuan nggak ngirim perwakilan ada sanksinya," jelas kak Manda membuat beberapa siswa langsung bersemangat. Hal yang paling menyenangkan saat acara berkemah adalah saat kegiatan santai seperti bermain game. Selain kegiatan itu terasa menyeramkan dan membosankan.

Setelah diumumkan apa saja jenis perlombaan yang akan dilaksanakan. Semua sangga bisa kembali ke tenda untuk berunding menentukan delegasi untuk mengikuti lomba tersebut. Lomba puncak adalah kerjasama tim membangun pionering. Rio akan mengirim Alvin ke lomba pecah balon. Itu permainan paling mudah dan cocok untuk Alvin yang mageran.

Lima orang untuk tarik tambang, satu orang balap karung, satu orang tes pengetahuan kepramukaan dan dua orang untuk ikut lomba masak yang nantinya digunakan sebagai makan malam bersama. Rio yang akan ikut tes pengetahuan kepramukaan. Dia sejak awal sudah belajar banyak hal, sedangkan lainnya hanya belajar sedikit. Bahkan Alvin tidak belajar sama sekali. Tidak mengherankan.

QuerenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang