Eight

2.6K 279 16
                                    

"Lepas!!"

Bahkan tangannya digenggam erat dan Nana tidak bisa melepaskan tangannya begitu saja.

"KU BILANG LEPAS! JUNG JAEHYUN!!!"

"Buat apa? Menghabisi mereka sampai mati? Lihat tadi, kau sudah menang!" Teriak lelaki itu didepan wajah Nana.

Nana yang tingginya lebih dari 170 itu hanya terdiam menatap mata tajam lelaki tadi.

"Jae.. kita bawa ke atas"

Satu-satunya gadis itu dibawa keempat pria tampan sekolahan ke markas mereka diatas gedung.

Brugh!

Nana didorong dan terduduk disofa besar milik mereka.

"Shitt!" Nana memegang ujung bibirnya yang terluka.

"Kau hebat, tapi sayang terlalu kejam" ucap Mark yang duduk didepan Nana.

"So? Tidak ada urusannya dengan kalian orang-orang arogan!" Nana berusaha bangkit dan pergi namun tangannya di cekal oleh Jeno.

"Tetap disini!"

"Na Jaemin! Dengarkan kita!" Rahang Lucas mengeras. Ini sudah satu bulan, Nana enggan menerima kehadiran mereka.

"Buat apa? Aku bukan siapa-siapa kalian"

Jaehyun mencengkram pipi Nana dengan sangat kuat. Sampai gadis itu meringis merasakan cengkraman Jaehyun.

"Sudah ku bilang! Kita perduli padamu!"

"Perduli?! Dengan menjadikanku gadis diantara kalian semua! Wow. Jalang sekali"

"Dari pada kau hanya bekerja di Bar dan orang-orang menyentuhmu sesuka mereka!!" Bentak Jaehyun pada Nana.

"Menurutmu itu jauh lebih baik dari kita!" Tambah Lucas.

Deg!

Nana mengerutkan alisnya. Sebegitu perdulikah mereka dengan pekerjaannya?

Gadis itu mengalihkan pandangannya, ia tak mau menatap Jaehyun lagi. Tangan Jaehyun yang mengcengkram pipi Nana mulai mengendor.

"Kau harusnya tanya bagaimana perasaanku melihat orang-orang terus menyentuhmu..." lirih Jaehyun setelah melihat wajah Nana yang mulai tenang.

Ibu jarinya mengusap ujung bibir Nana yang berdarah.

"Tak akan ku biarkan seseorang menyentuhmu lagi" lanjut Jaehyun melihat luka lebam di pelipis dan darah di ujung bibir Nana.

Jaehyun menatap bibir indah berwarna pink milik Nana itu.

Cup!

Ciuman lembut membersihkan darah Nana. Jaehyun mencium bibir gadis itu didepan sahabat-sahabatnya.

Nana melotot melihat wajah Jaehyun sedekat ini. Dia terpaku sebelum akhirnya mendorong dada Jaehyun untuk melepas ciuman itu.

"Brengsek!" Nana melepas cekalan Jeno. Ia mendorong Jaehyun dan beranjak pergi.

Sementara Jaehyun menyeringai kecil merasakan manisnya bibir Nana tadi.

"Bagaimana cara kita mendapatkannya?" Ucap Lucas setelah melihat punggung si cantik menghilang dibalik pintu.

"Entah, kita coba saja semua cara" Mark asik dengan beberapa foto Nana yang ia ambil saat mengunjungi Bar.

"Bahkan untuk meyakinkannya disini saja kita kalah" ucap Jeno melihat tangannya yang baru saja di hempas Nana.

"Tenang, lama-lama dia juga menerima kita" Tambah Jaehyun, ia yang paling yakin bahwa suatu saat nanti Nana akan menjadi milik mereka.

Tak!

Nana menendang kaleng soda didepannya. Gadis itu berjalan di taman sekolah sendirian.

"Arg! Gila mereka" ucap Nana mengingat bagaimana keempat lelaki tampan yang selalu menganggunya.

"Jalang tetap jalang" seorang pria menghampiri Nana yang berjalan sendirian.

"Mau apa lagi?"

"Mau merasakan tubuh indah dibalik seragam ini" lelaki tadi menarik kerah Nana untuk mendekat padanya. Tangannya bermain diwajah Nana yang sangat cantik. Bahkan tatapannya seperti orang yang akan menerkam Nana.

"Brengsek!" Jeno menarik kerah belakang Taehyung dan melemparnya.

"Wo santai.. kita hanya bercanda"

Jeno menarik Nana untuk bersembunyi dibelakangnya. Gadis itu bingung, baru kali ini ada orang yang melindunginya? Jadi seperti ini rasanya dilindungi?

"Pergi!"

"Okay. Bye cantik. See ya"

Taehyung mengedipkan matanya dan meninggalkan mereka berdua. Daripada berhadapan dengan anak pemilik yayasan mending ia pergi.

Jeno berbalik dan menatap Nana.

"Kau tidak terluka?"

Nana mengeleng, hatinya menghangat merasakan tatapan khawatir Jeno.

"Syukur lah, aku tidak terlambat"

Jeno memegang erat pundak Nana dan menempelkan keningnya ke kening Nana.

Gadis itu hanya terdiam. Ia masih tak mengerti, kenapa sekarang ada orang yang ingin melindunginya? Padahal dulu ia dibuang bahkan di sia-siakan terus menerus. Ia juga dijual oleh ayah dan ibunya.

Jeno mengusap wajah Nana. Ia merapikan rambut panjang blonde itu dan mengusap lebam dipelipis Nana.

Hati Jeno sesak melihat gadis yang ia cintai terluka.

Jeno melepaskan jaketnya, ia sampirkan jaketnya dibahu Nana. Ia bahkan mengusap lembut wajah Nana yang masih basah karena siraman Naeun dan Xiyeon.

Jeno mengenggam erat tangan Nana. Ia membawa Nana ke area belakang gedung sekolah.

"Bagaimana jika membolos?"

"Setuju" ucap Nana.

Moodnya tak baik, jadi lebih baik ia membolos saja bersama Jeno.

Dibalik pohon ada seseorang mengepalkan tangannya.

Duagh!

"Jeno.. jangan pernah merebut milikku!" Ucap seseorang yang memiliki mata tajam itu.

"Kau tidak akan pernah ku lepaskan Na!"

TBC

Tebak tebak siapa nih yang ngliatin Jenong ama nyanya

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang