Eighty-seven

794 104 2
                                    

Johnny menceritakan semuanya pada Taeyong. Wanita yang masih dicintai oleh sahabatnya itu sudah mantap melabuhkan hatinya untuk empat Jung. Raut kecewa diwajah Taeyong tak bisa ia tahan. Ia marah. Harusnya dulu ia tetap menahan Nana untuk tidak meninggalkannya. Kini semua sudah sangat terlambat.

Taeyong segera mengambil kunci mobilnya menuju tempat yang membuatnya tenang.

Dengan laju cepat, Taeyong membelah jalanan yang sepi itu. Tak terasa, air mata menetes begitu saja. Ia tak bisa kehilangan Nana. Sangat tak bisa. Hatinya serasa dicabik-cabik. Ia kira Nana akan menunggunya datang. Nyatanya Nana benar-benar sudah jauh dari gapaiannya.

Brak!

Taeyong menutup pintu mobilnya keras. Ia duduk didepan mobilnya sembari berteriak. Ia terus menyalahkan dirinya.

"Tae-yong oppa.." lirih Nana yang melihat lelaki itu. Tampak sangat rapuh sembari meneriakkan namanya.

"Dia disini?"

"Ini tempatku menenangkan diri" Nana berusaha menjelaskan ini pada Mark.

"Jeno sering mengantarku kemari kok"

"Iya aku percaya sayang" Mark mengusap lembut pundak Nana.

"NA JAEMIIIIIINNNNNN" teriakan Taeyong begitu pilu. Suara yang bergetar dengan isakan tangisan. Mark merasa bersalah melihat bagaimana rapuhnya Taeyong.

Mark menyalakan alat kecil disaku jasnya.

"Datengin sayang"

"Tapi.."

"Dia butuh kamu"

"Mark.."

"Kami memilikimu sementara dia membutuhkanmu. Aku disini. Aku tunggu" Mark tersenyum lalu mengecup kening Nana.

"Ayo temuin, ini perintah kami"

"Kalian?"

"Iya sayang"

Nana memeluk erat Mark dahulu. Ia juga mengecup dada bidang sang kekasih.

"Jangan tinggalin aku"

"Enggak mungkin. Sesuatu yang sangat tidak mungkin"

Nana perlahan melepas pelukannya dan berjalan mendekati Taeyong yang menangis sembari memeluk lututnya. Mark hanya mengawasi kekasihnya dari jauh sembari memasak earphones dan mengabari Jung lainnya.

TBC

Jung tuh baiknya gak ketolong

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang