Fifty-seven

1.1K 142 10
                                    

Jeno menghadapkan kekasihnya padanya. Ia mengusap lembut wajah Nana didalam lift berdua.

"Terima kasih"

Lengan kekarnya memegang pinggang Nana kuat. Jemarinya mengusap setiap inci wajah cantik wanitanya itu.

"Lain kali bilang padaku jika ada yang seperti ini lagi"

"Iya" senyuman Jeno itu. Nana menyukainya, apalagi saat matanya berbentuk bulan sabit.

Pelahan Jeno menepis jarak antara mereka. Ia menciun lembut bibir Nana.

Ting! Lift terbuka.

Beberapa karyawan langsung menundukkan pandangan melihat Jeno yang masih mencium Nana dengan berani.

Nana mendorong Jeno dan menarik lelaki itu keluar dari lift, agar para karyawannya bisa mengunakan itu.

Alis Nana terangkat sambil tersenyum melihat kearah mereka yang salah tingkah.

"Pak Jeno, kalo udah begini hormonnya tak bisa ditahan"

"Untung Bu Nana bisa menghentikannya"

"Kalo tidak bisa bercinta dilift"

Mereka jelas terkejut melihat bagaimana Jeno mencium bibir Nana dengan mendominasi. Nana juga sangat - sangat seksi hari ini, pasti Jeno tak bisa menahannya.

"Lanjutkan pekerjaanmu, aku akan menemanimu" Nana mendudukan Jeno dikursi kerjanya.

"Benar?" Mata Jeno tampak berbinar mendengar itu.

"Iya, pekerjaanku sudah selesai"

Jeno menarik Nana untuk duduk dipangkuannya. Untung saja kursi itu besar jadi wanita itu nyaman duduk disana bersama Jeno.

"Lepas aja sayang"

"Apanya?"

"Ini" Jeno menarik outwear putih itu.

Ia melemparkannya ke sofa. Memang Jeno ini seenaknya, apapun yang ia mau harus ia dapatkan.

"Nanti malam jadi makan malam buat bicara penikahan sama keluarga Jung ya sayang"

"Hmm" Nana merasa geli karena Jeno terus mengecupi pundak Nana.

"Siapa yang datang? Bu Jisoo atau mama?"

"Bu Jisoo. Mama sedang di Paris bersama Jennie"

"Jennie juga sebentar lagi menikah ya?"

"Iya, tapi lebih dulu kita"

Jeno mengeratkan satu tangannya diperut Nana.

"Akhirnya"

Lelaki itu lega, akhirnya sekarang mereka bisa memiliki Nana seutuhnya. Setelah banyak para pengusaha datang ke Nana untuk meminta hubungan lebih.

Sesekali Nana membantu Jeno memeriksa dokumen-dokumen itu agar segera selesai.

"Habis ini ke sungai yuk?"

"Kamu mau?"

"Iya, udah lama gak jalan bareng"

"Siap sayang" Jeno mengecup pipi gembul Nana lalu segera menanda tangani berkas-berkas.

Ia tak sabar ingin berduaan dengan calon istrinya itu.

TBC

Jenojaem dulu yaa 😙

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang