Seventy-seven

861 122 23
                                    

Langkah Jeno semakin menjauh. Nana menatap Taeyong sejenak.

"Kita sudah berakhir. Maaf. Harusnya kau membenciku. Aku sudah mencintai mereka" ucap Nana sambil mengenggam tangan Taeyong.

"Ku harap, kamu paham.." Nana mengecup punggung tangan Taeyong lalu melepaskannya dan berlari mengejar Jeno.

Grep!

Nana memeluk Jeno dari belakang. Erat. Sangat erat. Ia tak mau kekasihnya pergi begitu saja.

"Jenoo.." lirih Nana. Lagi, wanita itu hanya menangis, tak sanggup mengatakan perasaannya yang sesungguhnya.

Jeno memandang lengan kecil yang melingkar sempurna diperutnya. Ada perasaan lega dihatinya merasakan pelukan hangat dari belakang.

"Na?" Jeno berusaha melepaskan lengan Nana yang melingkar.

"Jangan dilepas Jen!" Berontak Nana sambil terisak dalam tangisnya.

Taeyong melihat bagaimana Nana berusaha menahan kepergian Jeno. Benar, ia sudah tersingkirkan sekarang. Senyuman pedihnya serta rasa kecewa Taeyong kembali lagi. Semua yang sudah ia sembuhkan, akhirnya kembali menjadi luka baru untuknya.

"Naaa.."

"Gak mau Jen!"

Jeno tersenyum kecil, lengan itu terasa sangat erat diperutnya.

"Sayang.." Jeno mengusap lembut lengan Nana dan berusaha berbalik untuk melihat kekasihnya. Ia usap perlahan-lahan lalu mencoba berbalik.

"Hey, sayang" Jeno mengangkat dagu Nana saat wanita itu menunduk tak berani menatap Jeno. Ibu jarinya mengusap lembut air mata Nana yang menetes.

Pipinya, hidungnya, matanya memerah. Entah kenapa, Jeno malah gemas melihatnya.

Jadi ini sisi lemahanmu, batin Jeno sembari memandang wajah cantik sang kekasih. Ia usap lembut.

"Jika kamu ragu, kamu bisa memikirkannya sayang"

Nana mengeleng ribut mendengar perkataan Jeno ini. Ia tak ragu, sama sekali tidak.

"Kenapa hmm? Jika kamu kembali bersamanya, kami juga bakal berusaha merebutmu kembali kok"

Nana menatap mata Jeno. Saling mencari ketulusan dan besarnya perasaan mereka. Jeno tersenyum kecil sebelum Nana mendekatkan tubuh mereka.

"Tidak akan pernah berubah sampai kapanpun, hanya aku milikmu selamanya ucap Jung Jeno saat memintaku menjadi bagian hidupnya. Bukankah begitu?" Kini Nana berani mengatakannya.

Jeno mengangguk dan tersenyum manis untuk Nana. Tangannya menangkup wajah cantik Nana dan mengusapnya lembut. Mata mereka saling terkunci, mencoba memahami lewat tatapan dalam itu.

"Maka aku ingin semua ini tidak pernah berubah. Tetap cintai aku dan genggam tanganku Jung Jeno!" Nana meraih tengkuk Jeno.

Ia mencium bibir pria yang hadir didalam hidupnya kini selama lebih dari 6 tahun ini. Tak perduli dengan Taeyong, seseorang yang pernah berarti sekaligus pernah ia cintai. Yang Nana tahu, Jeno adalah orang yang paling berarti dihidupnya sekarang. Tanpa kehadiran Jeno, Nana tak bisa merasakan indahnya masa muda dan merasakan ketulusan dari empat Jung. Ia pasti masih berada didalam bar dan menjadi boneka Boa, ibu kandungnya sendiri.

Nana mencium bibir Jeno dengan sangat dalam. Ia melumat bibir sang kekasih. Bisa Nana rasakan wine dibibir Jeno.

Jeno yang awalnya melotot merasakan ciuman Nana, lama-lama ikut memejamkan matanya dan mendominasi ciuman mereka. Tak perduli jika mereka masih berada dipinggir jalan apartmen. Jeno merengkuh pinggang Nana dan mengeratkan tubuh mereka. Nana juga mengalungkan tangannya dileher Jeno. Setetes air mata Nana mengalir.

Perasaannya sudah milik Jeno seutuhnya.

Taeyong tak bisa melihatnya. Orang yang ia cintai, mencium orang lain dengan mudahnya.

"Aku cemburu Na" lirihnya.

Ia memilih meninggalkan Jeno dan Nana yang tengah berciuman dengan penuh gairah. Taeyong kembali masuk kedalam mobilnya.

"Dia sudah menemukan pengantimu?" Tanya Johnny yang melihat wajah lesu Taeyong.

Lelaki itu hanya mengangguk. Johnny tak tega, ia melajukan mobil itu meninggalkan apartmen. Sembari melihat bagaimana Nana dan Jeno yang masih saling melumat bibir.

"Kau akan menyerah?"

"Tidak akan"

TBC

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang