Chapter 7: Troublesome Bully

8.8K 779 4
                                    

Pantas saja dia tidak memiliki anak sampai sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pantas saja dia tidak memiliki anak sampai sekarang. Padahal selirnya banyak pikir Iris heran.

Tenyata itu karena Fiona selalu memberi semua selir teh yang berisikan ramuan pencegah kehamilan. Wanita itu tidak membiarkan selir lain mengandung anak Hansen.

Karena yang bisa memberikan Hansen anak akan menjadi selir yang diistimewakan. Tetapi sampai saat ini, Fiona bahkan tidak pernah hamil sekalipun. Mungkinkah itu karma!

Padahal Fiona sudah menjadi selir Hansen lebih dari 50 tahun. Vampir memang memiliki umur yang sangat panjang.

"Sepertinya beberapa hari kedepan hidupku tidak akan tenang." gumam Iris menatap Hansen yang berjalan kearahnya.

Sebenarnya Iris ingin sekali kabur dari tempat itu. Tetapi entah kenapa meskipun berpikir seperti itu, kakinya tidak pernah bergerak sedikitpun untuk keluar istana.

Seakan ada magnet yang begitu kuat di kakinya. Yang membuatnya tidak bisa pergi ke mana pun.

"Queen, kami akan pergi ke pustakaan. Apakah anda mau ikut?" tanya Areta dengan senyuman manis.

Melihat Areta mengingatkan Iris pada Lily. Dia jadi merindukan sahabatnya itu. Apa yang dilakukan oleh Lily saat ini.

Apakah Lily mencarinya?

*********

Lagi, Iris kembali berhadapan dengan Hansen. Tanpa selir ataupun siapapun yang berada di samping pria itu.

"Malam ini aku akan kekamarmu."

Kalimat sakral yang menurut Iris itu adalah kutukan yang akan membuatnya sial setiap hari.

"Kenapa kau harus kekamarku? Kau memiliki banyak selir. Pilih saja mereka dan bermain sesukamu." ketus Iris membuang pandangannya dari Hansen.

Pria itu sangat tinggi, Iris saja hanya sampai dagunya. Belum lagi badannya yang kekar dan berotot. Meskipun tertutupi oleh pakaian dan jubah kebesaran pria itu, Iris tetap saja bisa melihat jika Hansen memiliki tubuh yang sempurna.

Hansen tersenyum miring dan meraih dagu Iris agar menatapnya. "Karena Aku ingin seorang penerus darimu."

Bugh

"Arrrgh!"

Hansen memegang pipinya yang baru saja dipukul oleh Iris. Gadis itu meniup tangannya yang terkepal dan lemparkan senyum mengejek pada Hansen.

"Sampai matipun Aku tidak akan pernah ingin disentuh oleh pria sepertimu."

"Istri durhaka!" geram Hansen. Seumur hidupnya baru kali ini dirinya dipukul oleh seorang wanita. Kecuali ibunya!

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang