Iris Belovante seorang gadis vampir yang memilih tinggal di dunia manusia. Menjadi mata-mata adalah hal yang selama ini dia inginkan. Agen! itulah pekerjaannya saat ini. Dia adalah agen profesional yang telah banyak membantu permasalahan di belakang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Iris termenung menatap pemandangan kota yang sangat indah, dari atas sebuah gedung yang tinggi. Jangan berpikir jika wanita itu akan bunuh diri. Tentu saja tidak!
Dirinya masih waras. Hanya saja, sebuah mimpi yang sungguh aneh, tiba-tiba menghantuinya saat dirinya pingsan tadi. Mimpi di mana di dalamnya, ada seorang wanita dan pria yang saling mengarahkan pedang.
Mereka terlihat saling ingin membunuh. Namun di sisi lain, mata mereka memancarkan sesuatu yang sangat disembunyikan. Terhalang oleh sesuatu?
"Di dalam mimpiku prianya mirip sekali dengan raja vampir itu. Sangat aneh sekali!" gumamnya sembari memandang langit yang cerah.
Kemudian kening wanita itu mengerut ketika dirinya berusaha mengingat nama pria di mimpinya. "Hansen!" Kenapa namanya bisa sama dengan pria yang mengaku sebagai suamiku bingung Iris.
"Apa mungkin mereka orang yang sama? Tapi apa peduliku. Toh itu cuma mimpi."
"Itu bukan mimpi, Queen."
Iris mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara yang sedikit dikenalinya. Tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya. Namun tiba-tiba dirinya bisa merasakan kekuatan yang sangat dekat. Tangan wanita itu meraih belati yang sengaja disembunyikan di pinggangnya.
"Siapa kau? Keluar!"
"Aku di sini!"
Iris langsung mengayunkan belati miliknya ketika ada seseorang yang berbisik di telinganya.
Hap
Hansen dengan mudah menangkap tangan Iris. Wanita itu memiliki refleks yang bagus. Mungkin jika orang itu bukan Hansen dia sudah tertusuk saat ini.
Mata keduanya bertemu dengan jarak yang sangat dekat. Bibir mereka pun hanya berjarak 5 cm, sampai keduanya bisa merasakan hembusan nafas masing-masing. Hansen melemparkan tatapan rindu dan lembut sedangkan Iris melemparkan tatapan tajam dan kesal.
"Lepaskan!" bentak Iris kesal.
"Jika kau bisa, cobalah melepaskan diri." ucap Hansen yang terdengar seperti tantangan bagi Iris.
Dengan songongnya wanita itu berucap, "Oh, menantang. Kau tidak tahu siapa yang sedang kau lawan, Yang Mulia." ucap Iris dengan sedikit ejekan.
Dengan senyum miring Hansen berucap. "Aku ingin tahu siapa yang aku lawan."
Perasaan Iris tiba-tiba berubah dongkol. Wanita itu berusaha melepaskan diri dari cekalan Hansen. Tapi bukannya lepas, pria itu malah mencuri kesempatan meraih pinggang Iris. Sontak Iris melototkan matanya!
"Singkirkan tanganmu, sialan!" bentak Iris tajam.
"Bibirmu ini harus dikasih pelajaran." Mata Hansen beralih menatap bibir berukuran mungil namun berisi itu. Soal memanggilnya untuk di kecup.