S2 Chapter 22: Enemies Become Friends

2.8K 291 1
                                    

Lion De Helard terpaku dan tidak bisa berkutik meskipun mangsa yang selama ini diincarnya berada di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lion De Helard terpaku dan tidak bisa berkutik meskipun mangsa yang selama ini diincarnya berada di depan matanya. Padahal ini merupakan kesempatan emasnya.

Tapi melihat putrinya Liona sangat antusias menjelaskan jika Iris adalah penyelamatnya. Berhasil membuat Lion berada di ambang bimbang. Dia berhutang budi kepada Iris atas apa yang dilakukan oleh wanita itu.

Putrinya adalah hal yang paling berharga yang dia miliki setelah istrinya. Lion tidak bisa membalas apa yang telah dilakukan oleh Iris. Rencananya pun pupus! Karena dia tidak mungkin mengambil keuntungan dari orang yang telah menyelamatkan putrinya.

"Papa!" Liona memeluk Lion dengan wajah tersenyum manis. "Kenapa papa hanya diam?" tanyanya bingung.

Lion tersenyum ketika berhasil mengendalikan dirinya. Pria itu menatap wajah putrinya dengan penuh kelembutan. "Papa terlalu senang karena kau baik-baik saja. Papa sangat khawatir! Beruntung ada Queen yang berbaik hati mengantarmu ke sini setelah menolongmu."

Mata Lion beralih menatap Iris. "Terimakasih, Queen. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikan anda. Maaf, jika Putri saya sedikit membuat anda kerepotan." Lion sedikit menundukkan kepalanya dengan rasa hormat. Itu semua tidak luput dari tatapan intens Iris yang sangat disadari oleh Lion.

Iris tersenyum tipis dengan sorot mata yang mengandung makna. "Tidak, aku tidak merasa kerepotan sama sekali."

"Queen?" Liona memandang ayahnya dan Iris bingung. "Kakak ratu bangsa vampir?" Raut wajah bingung Viona berubah menjadi ekspresi kaget dan kagum yang bercampur menjadi satu, ketika Iris menganggukkan kepalanya.

"Maafkan sikapku yang sebelumnya, Queen. Aku tidak tahu jika anda adalah seorang ratu." Liona berubah sedikit panik dan gugup. Astaga! Mengingat sikapku yang tidak sopan sebelumnya, aku sangat malu pikir Liona dengan wajah merona.

Iris tersenyum tipis. Sebenarnya dia sangat tidak suka sikap orang yang terlalu formal kepadanya. Ingat sangat tidak suka! "Aku lebih suka kau bersikap seperti biasa. Melihat orang yang selalu memperlakukanku sekaku itu, membuatku kesal."

"Ehhhhh?!" kaget Liona. "Maaf, Queen." Gadis itu sedikit menunduk takut.

Lion tersenyum tipis melihat putrinya yang tampak akrab dengan Iris. Namun, wajah pria itu tiba-tiba berubah. Tangannya bergerak menepuk kepala Liona. Sontak membuat Putri bungsunya itu melihatnya.

"Papa sudah menyuruh maid untuk mengantarkanmu ke kamar. Istirahatlah! Kau pasti lelah. Jangan lupa untuk menemui Mamamu, dia sangat khawatir."

"Mama!" Ekspresi Liona berubah sendu. Dia juga sangat merindukan namanya. Saat dirinya diculik bandit yang dipikirkan pertama kali olehnya adalah mamanya yang sedang sakit. Liona tidak mau membuat sampai mamanya khawatir.

Karena itu bisa membuat kesehatannya semakin memburuk.

Setelah kepergian Liona yang menyisakan Lion dan Iris di ruangan itu. Suasana menjadi sedikit berbeda dari sebelumnya. Lion mengubah wajahnya menjadi datar dan serius.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang