Chapter 2: Vampire Agent Action

11.5K 795 7
                                    

Sebuah senyuman sinis tersungging di bibir Iris, gadis itu baru saja membaca informasi terbaru mengenai targetnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah senyuman sinis tersungging di bibir Iris, gadis itu baru saja membaca informasi terbaru mengenai targetnya. Jari-jari lentiknya bergerak lincah di atas keyboard komputer.

"Iris!"

Gadis itu mendongak dan mengerutkan keningnya melihat kotak yang disodorkan oleh Robby padanya. "Apa ini?" tanyanya mengambil kontak itu.

Robby, pria tampan dan rapi yang selalu mengejar Iris. Begitu perhatian dan romantis, sayang Iris hanya menganggapnya sahabat. Tetapi itu tidak menyurutkan semangat Robby untuk mendapatkan gadis.

"Aku tidak sengaja melihat sesuatu yang menurutku sangat cocok denganmu. Jadi aku membelinya untukmu." ucap Pria itu dengan mata berbinar menatap wajah cantik Iris.

Iris tersenyum manis, gadis itu menyimpan kotak yang diberikan Robby di laci meja miliknya. "Aku akan membukanya nanti, terimakasih Robby."

Meskipun sedikit kecewa karena Iris tidak langsung membuka hadiah darinya. Robby tetap berusaha memasang senyum manisnya. "Ku harap kau suka."

"Aku selalu menyukai apapun yang kau berikan."

Jawaban Iris berhasil membuat Robby memegang jantung. Pria itu pergi dengan jantung yang berdetak kencang dan pipi memanas. Iris terkekeh geli melihatnya!

"Kenapa dia masih mendekatimu? Padahal sudah jelas kau tidak menyukainya." ucap Domi, pria yang juga menyukai Iris. Namun, dengan cara yang sedikit berbeda dan pria itu mudah sekali cemburu melihat Iris didekati pria.

Seperti saat ini dirinya tidak menyukai Robby yang selalu mencari perhatian Iris.

Iris mengedikkan bahunya. "Tidak masalah, selama dia tidak mengganggu pekerjaanku."

Domi memutar kursi yang digunakan oleh Iris, mengukungnya dengan kedua tangan. Pria itu menatap mata Iris tajam, tapi gadis itu tetap bersikap santai di saat orang lain selalu ketakutan melihat tatapan Domi.

"Tapi itu masalah buatku. Kau tidak boleh terlalu dekat dengannya, apa kau ingin dicap gadis murahan karena dengan mudahnya menerima pria yang datang."

Iris mengerjapkan matanya kemudian tersenyum kecil. Dia tidak tersinggung, sudah terbiasa dengan perkataan Domi yang sedikit pedas. "Kenapa aku harus mendengarkan orang lain?" tanya Iris santai.

Domi berdecak kesal, karena gadis di depannya itu terlalu acuh menurutnya. "Bagaimana jika orang menyebarkan rumor buruk tentangmu. Karirmu bisa hancur."

Iris memiringkan kepalanya dan menunjuk dirinya sendiri. "Apa aku terlihat peduli?"

"Kekhawatiranmu berlebihan. Bukankah selama ini aku baik-baik saja, karena kau selalu melindungiku?" ucap Iris dengan senyuman manis yang polos. Jantung Domi berdetak kencang dibuatnya, senyuman dan perkataan Iris selalu berhasil membuatnya merasa berharga bagi gadis itu.

Domi berdehem mencoba menghilangkan rasa gugupnya yang tiba-tiba datang. Tangannya dimasukkan ke saku celananya.

"Pulang denganku!"

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang