Chapter 24: Solution

6.9K 694 12
                                    

"Arrrgh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arrrgh!"

Lidia mengerang kesakitan ketika Iris menarik rambutnya kuat. Wanita itu memegang tangan Iris yang menjambak rambutnya. "Lepas!" Matanya melotot tajam dengan kilat kesakitan.

"Apa? Lepas?" Iris mendekatkan telinganya ke mulut Lidia.

Buk

"Arrrgh!"

Iris menendang perut Lidia hingga wanita itu memuntahkan darah. Sebab Lidia mencakar tangan Iris menggunakan kukunya yang panjang. Entah apa yang telah dilakukan wanita itu dengan kukunya. Seperti kuku nenek Lampir!

Yang pasti saat ini tangan Iris terluka. Terdapat cakaran dari kuku Lidia disana. Gadis itu menggeram kesal ketika darahnya hampir saja menetes di lantai.

Dia tidak ingin sampai ada seseorang yang mengambil darahnya lalu mengeceknya ke laboratorium. Itu bisa terjadi ketika di suatu tempat terjadi sesuatu. Maka barang atau sesuatu yang ada di tempat kejadian itu akan dicek.

Aku harus membersihkannya. Batin Iris dengan cepat mengelap darah itu menggunakan pakaiannya.

Tangan Lidia mengambil vas dan melemparnya pada Iris. Dengan mudah gadis itu menghindari lemparan vas bunga. Lidia mencoba berlari kembali dengan jalan berseok-Seok menuju pintu keluar.

Cleb

"Arrrgh!"

Belati milik Iris menancap sempurna di punggung Lidia. Tetapi kemudian Gadis itu mencabut belatinya. Dia lupa, jika seharusnya tidak menggunakan benda untuk melukai Lidia.

Karena tujuan utamanya adalah membuat wanita mati seakan bunuh diri. Jika ada bekas luka di tubuhnya maka pasti seseorang akan tahu jika wanita itu dibunuh.

"Lepaskan!"

Lidia memberontak ketika iris menarik tubuh wanita itu ke kamarnya. Dia mengambil benda yang bisa dicapainya dan melemparnya pada Iris.

Tetapi setiap benda yang dilemparnya tidak sampai pada Iris. Karena gadis itu menghancurkan benda itu dengan matanya ketika berada 15 cm di depan wajahnya. Sontak membuat Lidia semakin takut dan geram.

"Lepaskan aku, sialan!" Lidia berteriak marah dan bergerak brutal.

Iris mengambil sebuah lakban dari dalam laci. Kemudian meletakkannya di mulut Lidia, tetapi wanita itu menggelengkan kepalanya. Jadi Iris mencubit lengannya dengan sangat keras.

"Aaaa!"

"Hmmmp!"

"Nah, begini lebih baik." Iris tersenyum manis. Kemudian menepuk kepala Lidia. "Jadilah anjing yang baik."

Sialan, kau Iris. Batin Lidia marah.

Iris kembali menyeret tubuh Lidia untuk memasuki kamar wanita itu. Tidak memperdulikan pemberontakan yang dilakukan oleh wanita itu.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang