Chapter 23: Revenge

7.8K 666 7
                                        

Lidia, nama yang kali ini menjadi sasaran target Iris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lidia, nama yang kali ini menjadi sasaran target Iris. Ketika semua orang tertidur, Gadis itu pergi secara diam-diam untuk mencari keberadaan Lidia dan Edi.

Gadis itu berharap semoga Edi baik-baik saja.

Ketika sampai di markas Iris masuk secara diam-diam melewati penjaga. Gadis itu mematikan semua aliran listrik yang ada di tempat itu. Jadi ketika para penjaga sibuk menyalakan listrik Iris memasuki ruangan yang sering dipakai untuk bekerja.

Gadis itu tersenyum puas ketika dirinya akan membuka komputer listrik menyala. Sungguh! Perkiraannya yang tidak pernah salah.

Mata gadis itu berkilat merah dan menatap semua kamera CCTV yang membuatnya error seketika. Tangan Iris bergerak di atas keyboard. Mencari nama Edi untuk mengetahui informasi tentang pria itu.

Deretan huruf berbaris di dalam komputer. Menjelaskan tentang keberadaan dan keadaan Edi saat ini. Pria itu koma?

Apa yang telah dilakukan Lidia padanya? Batin Iris geram.

Ini sudah sangat lama dan Edi belum sadar. Pasti di sini ada campur tangan Lidia yang membuat Edi tidak kunjung sadar. Wanita itu tidak ingin Edi membocorkan mengenai rahasianya pada atasan pikir Iris.

Tangan gadis itu terkepal ketika mengetahui jika Lidia naik pangkat. Wanita itu tentu saja akan semakin mudah melancarkan kejahatannya. Iris tidak sabar memberikan hukuman untuknya.

"Kau menginginkan kematianku. Tapi aku menginginkan nyawamu, Lidia."

*********

Lidia keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk. Wanita itu mengambil haird ryer dari laci meja riasnya.

Mata Lidia menatap cermin dan mengeringkan rambutnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat dirinya begitu cantik dan seksi. Siapa yang akan menolak pesonanya.

Deg

Mata Lidia membulat ketika melihat Iris di belakangnya melalui cermin. Wanita itu lantas membalikkan tubuhnya dengan cepat. Tetapi tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya. Apa mungkin aku salah lihat pikirnya.

Lidia beralih kembali menatap cermin. Tidak ada siapapun kali ini yang berada di belakangnya. Wanita itu meneguk ludahnya kasar. Bulu kuduknya meremang ketika hawa di sekitarnya terasa dingin.

"Mungkin halusinasiku saja." gumamnya tersenyum kecil. Mencoba menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang.

"Mana mungkin orang mati hidup lagi bukan." ucapnya terkekeh geli.

Lidia beralih mengeringkan rambutnya yang sebelah kanan. Rambutnya sebentar lagi kering, jadi wanita itu melebarkan rambut panjangnya agar cepat kering.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang