Chapter 10: Aggressive Kiss

9.4K 693 10
                                    

Iris sepertinya harus berterima kasih kepada para bandit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris sepertinya harus berterima kasih kepada para bandit. Karena akibat ulah para sampai itu. Iris bisa terbebas dari Hansen yang mencoba untuk mandi bersamanya.

Rasanya bagaikan mendapatkan lotre yang berhadiah uang 10 miliar. Iris tidak bisa melakukan apa-apa ketika dirinya sedang mandi. Jadi, Gadis itu sedang menyiapkan beberapa hal yang akan sering digunakan untuk mandi.

Agar tidak kecolongan lagi seperti sebelumnya.

"Akh!"

Iris pemegang kepalanya yang terasa sakit, sebab berambutnya ditarik paksa oleh seseorang.

"Jangan pikir karena kau jadi Queen disini. Kau bisa bertingkah seenaknya, lintah!" bentak Brina dengan nada sinis.

Beberapa maid yang menyaksikan itu memilih diam. Dia tidak ingin berurusan dengan selir kelima yang merupakan wanita yang sangat mahir dalam bela diri.

Sial! Bagaimana mungkin aku bisa kecolongan. Batin Iris kesal. Dia tidak bisa mendengar langkah kaki Brina yang mendekat kearahnya.

"Lepas!"

Iris mencoba melepaskan cengkraman wanita itu tapi tidak bisa. Gadis itu sampai merasa pusing karena jambakan Brina sangat kuat.

Brina tersenyum miring dan berbisik ditelinga Iris dengan penuh ancaman. "Kau akan mendapatkan yang lebih dari ini. Jika berani bertingkah di hadapan Hansen. Ingat itu!"

Duk

Iris mengerang kesakitan ketika kepalanya menghantam dinding. Brina terlihat seperti psikopat saat ini, karena tertawa jahat dan senang melihat darah mengalir dari kening Iris.


Penglihatan Iris buram, Gadis itu mencoba mengerjakan matanya beberapa kali untuk memperjelas penglihatannya. Ah, Aku tidak suka menjadi pemeran utama yang lemah pikir Iris kesal.

"Kau tidak jauh beda dengan Gadis yang dipungut oleh Hansen." ucap Brina penuh penghinaan.

Iris menundukkan kepalanya dan tertawa. Lantas membuat Brina menatap Gadis itu heran.

Sret

"Akh!"

Brina menyentuh pipinya yang mengeluarkan banyak darah. Cakaran kuku runcing miliki Iris begitu dalam. "Kau!" Brina menunjuk wajah Iris marah. Kulitnya yang mulus sempurna terdapat luka cakaran karena gadis sialan ini.

Tetapi Iris malah memainkan kuku runcingnya yang berdarah akibat mencakar pipi Brina. Tanpa merasa salah sedikitpun. "Sakit?"

"Uluh kasihan, ngadu sana! Katakan pada suamimu untuk menceraikanku." Iris tersenyum miring. Gadis itu terlihat menyeramkan dengan darah dari keningnya.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang