Chapter 11: Concubine's Jealousy

8.6K 724 7
                                    

Seharian ini yang dilakukan Iris adalah mengumpati Hansen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharian ini yang dilakukan Iris adalah mengumpati Hansen. Dia sangat kesal karena pria itu berani mencuri ciuman pertamanya.

Padahal Iris sangat menjaganya untuk pria yang mencintai dan dicintai olehnya. Tetapi sekarang bibirnya sudah tidak perawan lagi. Apalagi kejadian itu sempat membuat dirinya hampir hilang kesadaran. Beruntung Fea mengetuk pintu beberapa kali dan menghentikan aktivitas gila Hansen.

"Hansen, berengsek!"

Fea hanya menggelengkan kepalanya heran melihat majikannya yang terus saja mengumpat. Padahal mereka adalah sepasang suami-istri apa salahnya jika bercumbu.

Ada satu ruam kemerahan yang berada di leher Iris. Gadis itu sangat malu mengingat dirinya mengeluarkan suara laknat ketika Hansen membuat tanda itu. Ingatan yang tidak akan pernah ingin Iris ingat kembali.

"Pakaikan concealer untuk menutupi tanda ini!" titahnya pada Fea dengan wajah yang merona malu.

Fea pengertian keningnya bingung. "Apa itu konsier, Queen?"

Iris menepuk keningnya pasrah. Dia di sini masih berdandan dengan menggunakan cara kuno. Yang berdasarkan bahan-bahan yang mengandung manfaat sangat banyak untuk kulit.

"Lakukan apa saja agar tanda itu tertutup!"

Fea tersenyum kecil. "Baik, Queen." tangan Gadis itu mengambil sebuah botol kecil yang berisikan cairan kental berwarna langsat. Iris tidak tahu apa itu! Tapi mungkin sejenis dengan concealer.

Fea sangat pandai merias wajah, tidak dengkul dan terlihat. Selain itu tangan Gadis itu dengan terampil menghias rambut Iris dengan sedemikian rupa. Membuat Iris berdecak kagum dengan kemampuan yang luar biasa.

"Jika di tempatku sebelumnya. Kau pasti sudah menjadi MUA yang luar biasa."

"Mua? Apa itu, Queen?"

Kali ini Iris mengumpati Fea!

*********

Dikerubungi wanita seperti lalat yang mengerubungi sampah. Itulah yang Iris pikirkan ketika melihat Hansen yang sedang bersama beberapa selirnya.

Iris membuang pandangannya ketika tatapannya saling bertubrukan dengan Hansen. Kenapa pula pria itu malah menatapnya di saat banyak wanita cantik di sekitarnya. Dasar maruk!

"Queen, ini beberapa senjata yang anda minta." ucap seorang warrior beberapa senjata yang berbeda-beda.

"Terimakasih!"


Tangan Iris meraih sebuah panah yang cukup besar. Gadis itu mencobanya terlebih dahulu sebelum memulai latihannya. Akhir-akhir ini bidikannya sedikit meleset jadi dia ingin mengasah kembali kemampuannya.

Merasa pertimbangannya cukup matang, Iris mengarahkan anak panah miliknya pada bidikan. Sebelum gadis itu melepaskan anak panahnya. Sebuah tangan lebih dulu meraih tangannya dan ikut mengarahkan anak panah.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang