Iris Belovante seorang gadis vampir yang memilih tinggal di dunia manusia. Menjadi mata-mata adalah hal yang selama ini dia inginkan. Agen! itulah pekerjaannya saat ini. Dia adalah agen profesional yang telah banyak membantu permasalahan di belakang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Iris mengirim surat untuk Regil. Dia ingin pria itu mencari orang yang mencoba membunuhnya. Entah pria itu akan menuruti perintahnya atau tidak.
Yang pasti Iris saat ini benar-benar berharap dia dapat membantunya. Karena ternyata cukup sulit hidup di istana tanpa memiliki anak buah. Repot!
Gadis itu tidak bergeming sedikitpun ketika mendengar suara pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Sepasang tangan melingkar di pinggang. Disusul sebuah kecupan hangat di lehernya yang membuat tubuh gadis itu merinding.
Iris hendak menyikut perut Hansen yang berani memeluknya. Tetapi pria itu lebih dulu menghindar. Sekarang dia tahu kebiasaan istrinya itu.
"Jangan menyentuhku!" ucap Iris dengan penuh peringatan.
"Kau istriku, apa salahnya jika aku menyentuhmu." Hansen mendesis kesal.
"Aku tidak sudi."
Brak
Iris merah menahan ringisan yang keluar dari bibirnya. Punggungnya terasa sakit karena Hansen mendorongnya begitu kuat. Mata pria itu merah dengan gigi taring yang mulai memanjang.
Hansen mencengkram rahang Iris. Mata pria itu berkilat menatap iris marah. Tentunya dia tersinggung dengan ucapan Gadis itu. Iris seakan berkata jika dirinya begitu menjijikan di mata gadis itu.
"Kau tidak pernah masalah ketika Alfred menyentuhmu. Tetapi kau menolak sentuhanku yang merupakan suamimu. Apa jangan-jangan kau sudah pernah disentuh olehnya?" tuduh Hansen dengan tatapan remeh.
"Untuk itulah kau selalu menolak sentuhanku." tambah Hansen dengan kepala dipenuhi hal negatif.
"Bukan urusanmu, sialan!" desis Iris tajam. Hati Gadis itu sedikit terluka ketika Hansen menuduhnya seperti itu. Apa seburuk itu dirinya di mata pria itu. Untuk itu dirinya hanya dijadikan mesin pembuat anak.
"Tentu saja itu urusanku. Kau istriku bukan istrinya. Jangan bilang kau sudah mulai menaruh hati padanya." Hansen masih dalam posisi mengurung Iris. Pria itu tidak peduli dengan wajah kesakitan gadis itu.
"Apa pedulimu, berengsek. Aku mencintainya atau tidak kau tidak perlu tahu." bentak Iris marah. Kenapa Hansen terus saja menuduh hal yang tidak-tidak padanya. Iris mulai merasa dirinya tak waras. Karena hatinya sakit dituduh oleh pria itu. Apa jangan-jangan dirinya sudah jatuh cinta?
Tidak. Itu tidak mungkin. Batin Iris menyangkal.
Hati Hansen sama sakitnya karena Iris tidak melakukan pembelaan diri. Gadis itu malah acuh ketika Hansen menuduhnya.
"Aku matemu Iris." ucap Hansen dengan penuh penekanan. Mata peria itu menyelami mata Iris. Tetapi gadis itu menghindarinya.
"Tapi aku tidak pernah menginginkannya." bentak Iris. Mata gadis itu hampir mengeluarkan air mata. Rasanya bibirnya itu terus saja mengucapkan hal yang berkebalikan dengan hatinya.