S2 Chapter 34: Return of Memory

2.4K 238 11
                                    

Iris melipat tangannya di depan dada, matanya menerawang jauh ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris melipat tangannya di depan dada, matanya menerawang jauh ke depan. Beruntung pemandangan di apartemen milik Lily sangat indah. Matanya cukup tercerahkan karena itu.

Suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya, tidak membuat wanita itu berkutik sedikitpun. Dari aromanya Iris sudah mengetahui siapa sedang berjalan mendekat.

"Lily sangat mengkhawatirkanmu. Sebaiknya kau istirahat, Queen." ucap Regil di belakang Iris.

Wanita itu berbalik dengan ekspresi datar. Matanya menyorot begitu tegas. "Katakan padanya, aku baik-baik saja." Mata kemudian beralih menatap seorang pria yang tengah berbaring di atas tempat tidur miliknya. "Sebentar lagi King akan sadar. Jadi sebaiknya kau keluar."

Regil tidak dapat membantah sedikitpun apa yang dikatakan oleh wanita itu. Pria itu sedikit menundukkan kepalanya seraya berucap. "Baik, Queen."

Setelah kepergian Regil, Iris berjalan ke arah Hansen yang tengah berbaring dengan wajah damai. Wanita cantik itu duduk menyandar pada kepala tempat tidur. Tangannya terangkat menyentuh pipi sang suami.

Apakah Iris sudah mendapatkan ingatannya kembali?

Ya, setelah wanita itu berhasil kabur dari orang-orang yang mengejarnya setelah keluar dari kantor. Dadanya semakin terasa sakit, kemudian banyak memori yang memaksa masuk kedalam ingatannya. Yang membuat Iris kesakitan dalam waktu beberapa menit.

Namun, setelahnya wanita itu mengemudikan mobilnya bak orang kesetanan. Mobil yang selama ini disembunyikannya dari Lily. Yang Iris pikirkan saat itu adalah menemukan keberadaan suaminya dengan cepat. Sebelum Hansen ditangkap oleh manusia.

Dengan mengikuti insting dan firasat yang dia miliki. Sekitar 20 menit akhirnya dia menemukan keberadaan Hansen. Pria itu benar-benar dalam keadaan yang memprihatinkan. Sebelum Iris memberikan darahnya suaminya itu sudah lebih dulu pingsan.

Jadi, Iris membawa Hansen ke apartemen Lily. Dengan sedikit menggunakan penghalang agar Hansen dan dirinya tidak terdeteksi dari alat pendeteksi vampir.

Iris meminumkan darahnya pada Hansen dalam waktu sekitar 15 menit. Itu cukup membuat wanita itu merasa lemas dan hampir pingsan. Lily yang memang sudah mengetahui identitas Iris dari Regil yang terpaksa menceritakannya. Memberikan darahnya untuk diminum oleh Iris.

Sebelumnya wanita itu menolak dan marah kepada Lily. Tetapi Lily memang kadang lebih keras kepala dari Iris. Jadi gadis itu tidak mendengarkan perkataannya dan tetap memaksa Iris meminum darahnya.

Dengan berat hati Iris meminum darah Lily. Memang tidak banyak karena wanita itu tidak ingin sahabatnya itu sampai kekurangan darah. Tapi, cukup membuat Iris merasa lebih bertenaga dari sebelumnya.

Lily yang tidak memperdulikan identitas asli Iris lantas membuat wanita itu senang. Karena bagi Lily mau bagaimanapun Iris, dia tetaplah sahabat sekaligus saudarinya.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang