Chapter 49: Unexpected End

8.1K 948 270
                                    

Hansen benar-benar murka karena dia berpikir jika Iris telah benar-benar mencintai adiknya. Gadis itu bahkan merelakan nyawanya sendiri sebagai taruhan.

Pria itu sekarang merasa iri. Adiknya mendapatkan cinta Iris sampai Gadis itu merelakan nyawanya sendiri. Kenapa bukan dirinya yang merupakan matenya? Kenapa?

Tuhan begitu tidak adil padanya. Hansen juga ingin merasakan dicintai oleh orang yang dirinya cintai. Apa permintaannya itu harus dibayar dengan nyawa? Semahal itukah?

Kesungguhan dari sorot mata Iris berhasil membuat Hansen dipukul telak. Tidak ada keraguan sedikitpun dari mata gadis itu.

Alfred lebih tidak percaya lagi. Pria itu menganggap Iris sudah gila. Itu sama saja dengan mencari mati. Kenapa kakak iparnya itu begitu bodoh.

Tetapi di satu sisi Alfred sangat sedih karena merasa sangat tidak berguna. Iris lakukan itu adalah untuk membela dirinya. Kenapa kakaknya tidak peka sama sekali jika Iris juga mencintainya

Semua orang yang ada di istana itu kali ini lebih tercengang. Mereka ingin menganggap ini sebagai lelucon. Tetapi mata mereka tidak bisa dibohongi. Iris secara terang-terangan mengacungkan berlatih miliknya ke hadapan Hansen.

"Aku menerima tantangan darimu."

Meskipun Iris adalah seorang agen yang memiliki kemampuan luar biasa. Tapi tetap saja dia rasa kekuatannya itu tidak cukup. Jika harus dibandingkan dengan Hansen yang merupakan seorang raja vampir. Kemampuan pria itu tidak bisa dianggap remeh olehnya.

Iris bisa menebak akhirnya akan seperti apa. Tetapi setidaknya dia telah melakukan yang terbaik. Memberikan sedikit kenangan untuk diingat orang yang dicintainya.

Menurutnya kenangan seperti itu tidak terlalu buruk.

**********

Bukannya hukuman eksekusi mati yang harusnya dilaksanakan. Malah pertarungan raja dan ratu mereka sendiri.

Orang-orang tadinya berkumpul untuk menonton eksekusi pangeran Alfred. Mereka sudah menyiapkan beberapa kalimat untuk Hansen. Berupa kalimat pembelaan untuk Alfred yang telah banyak membantu mereka.

Tetapi sekarang mereka malah jadi penonton dalam pertarungan raja dan ratunya sendiri. Benar-benar membingungkan! Kenapa semua ini menjadi begini.

Semua orang tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti apa yang akan terjadi hari ini. Mereka tidak memiliki hak untuk menghentikan ini semua. Apalagi pertarungan ini memang tidak akan berarti jika tidak ada yang mati.

Iris dan Hansen keluar secara bersamaan dari tempat yang berbeda. Mereka memasuki arena yang disambut oleh sorakan para penonton.

Iris menggunakan sebuah baju sederhana yang sangat elastis agar dirinya mudah bergerak. Tidak lupa dengan dua belati miliknya. Dia tidak akan menggunakan pedang karena itu memang bukan keahlian. Dia menyukai belati karena lebih ringan dan cepat.

Disisi lain Hansen juga menggunakan baju yang tadi di pakainya. Di kanan dan kirinya terdapat sebuah pedang yang selalu menjadi senjatanya ketika melawan musuh. Sebenarnya kaki Hansen sangat berat sekali untuk melangkah memasuki arena. Dia tidak tahu keputusan ini benar atau tidak. Pikiran pria itu benar-benar kacau dengan apa yang terjadi beberapa hari ini.

Keduanya saling berhadapan. Tatapannya saling baru tubrukan dengan ekspresi yang sama-sama datar. Namun tidak ada aura membunuh dari keduanya.

Iris menyerang lebih dulu ketika suara tanda pertarungan dimulai telah selesai berbunyi. Gadis itu dengan sangat lincah melayangkan setiap pukulan. Tangannya baru menggunakan satu belati miliknya.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang