Chapter 31: Great Sadness

6.5K 564 18
                                    

Iris melotot melihat setumpuk buku yang diberikan oleh Fea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris melotot melihat setumpuk buku yang diberikan oleh Fea. Gadis itu memijat pelipisnya pening. Kenapa mempelajari etika seorang ratu harus sebanyak ini pikirnya kesal.

Kenapa juga Hansen memberikannya pelajaran seperti ini. Iris bisa menjadi ratu dengan caranya sendiri. Harusnya suami durhaka itu mempercayai kemampuannya. Menjengkelkan!

"Apa tidak bisa dikurangi?" tanya Iris dengan nada memelas. Matanya berbinar seperti kucing yang ingin dikasihani.

Fea terkekeh kecil. "Tidak, Queen. Ini semua buku yang harus anda baca." Gadis itu merasa terhibur karena majikannya terus merengek.

"Kampret!" kesal Iris menarik buku itu kasar. Melihat deretan huruf yang begitu panjang membuat gadis itu berdecak. Sial! Jika begini otakku bisa koslet makinya dalam hati.

"King sudah menyiapkan Anda buku lain jika ini kurang." ucap Fea yang membuat Iris membuka mulutnya kaget.

Dari pada membaca Iris lebih senang memegang senjata. Menebas musuh lebih menarik dari pada menghafal. Ini seakan dirinya kembali masuk sekolah. Gadis itu mengumpat kesal hati.

"Sialan kau, Hansen!" jerit Iris kesal.

"Kenapa kau terus saja mengeluh, kakak ipar?" tanya Alfred terkekeh geli melihat wajah nelangsa Iris. Pria itu baru saja datang setelah menemui Great. Wanita itu ingin Alfred membantu Iris belajar dengan cepat.

Iris melemparkan delikan tajam pada Alfred. Gadis itu mendorong semua buku di hadapannya kepada pria itu. Sontak membuat Alfred mengerutkan keningnya bingung.

"Baca semuanya dan beritahukan aku isinya!" titah Iris tidak ingin di bantah. Alfred melotot dan meneguk ludahnya kasar.

Sial! Aku menyesal datang kesini. Batin Alfred kesal.

"Queen aku..." Alfred kembali meneguk ludahnya melihat Iris yang menatapnya tajam. Gadis itu menyeret kuku runcingnya di atas meja. Kemudian meniupnya dengan gaya dramatis.

"Sudah lama aku tidak memanjakan kukuku." ucap gadis itu dengan ketenangan yang mematikan. Alfred sampai mengumpat dalam hati melihatnya.

Mengerikan!

*********


Alfred mengajari Iris sampai larut malam. Ternyata di balik kecerdasan gadis itu dia memiliki sisi lemah. Iris adalah gadis yang sulit dalam menghafal sesuatu.

Ingatannya dalam menyimpan sesuatu memang kuat. Tapi butuh proses untuk membuat ingatannya itu masuk dan menetap otaknya. Sepertinya hanya sebuah pedang tumpul yang diasah.

Dalam proses mengasah membutuhkan waktu yang cukup lama. Bukan proses instan namun membuat pedang itu tumpul kembali. Begitu juga otak Iris bekerja.

Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Alfred melihat Iris tertidur karena kelelahan. Padahal pembelajaran mereka tidak terlalu banyak menurutnya. Hanya saja Iris sedikit payah dalam menghafal banyak.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang