Chapter 29: Physical Play

6.4K 613 4
                                    

Heidi memundurkan tubuhnya ketika Selena semakin mendekat padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heidi memundurkan tubuhnya ketika Selena semakin mendekat padanya. Wanita itu tidak menyangka jika Selena akan langsung datang. Seniornya itu ternyata mudah terpancing.

Sebuah senyum miring tersungging di bibir Selena. wanita itu menyilangkan tangannya di depan dada dengan wajah angkuh. Ada kesenangan tersendiri baginya melihat wajah ketakutan Heidi.

"Kemana keberanianmu? Heh! Selir lemah tak berguna seperti dirimu seharusnya tidak pantas berada di samping Hansen." Selena mengeluarkan kata-kata pedas yang membuat Heidi mengepalkan tangannya.

Dirinya memang lemah dan tidak berguna. Tetapi menjadi selir bukanlah keinginannya yang sebenarnya. Dia hanya merasa berhutang pada Hansen yang sudah menolong keluarganya. Jadi menerima tawaran pria itu untuk menjadi selir kesekiannya.

Tetapi Heidi melakukan ini hanya sebatas membalas budi. Bukan untuk diperlakukan layaknya pelayang rendahan oleh Selena maupun Della.

"Arrrgh!"

Heidi mengerang kesakitan ketika rambutnya di jambak paksa. Selena tidak pernah main-main ketika menyiksa seseorang. Heidi sengaja tidak memberitahukan ini pada Iris.

Dia hanya setuju ketika Gadis itu akan membantunya membalaskan dendam Erika. Tidak mengatakan hal apa saja yang bisa diterimanya jika berani melawan Selena. Karena Iris pasti tidak akan jadi membantunya.

Karena itu sama saja membuat Heidi masuk ke kandang macan. Mengantarkan nyawanya sendiri pada malaikat kematian.

"Teruslah mengerang kesakitan. Aku belum puas mendengar jeritanmu." bisik Selena menarik rambut Heidi kuat. Wanita itu tidak bisa menahan air matanya karena kepalanya sangat sakit.

Tangannya menahan tangan Selena yang memperkuat jambakannya. "K.. kau... Akan mendapatkan hukuman dari apa yang telah kau lakukan."

Duk

"Arrrgh!"

"Jangan mencoba menghakimiku sialan!" bentak Selena marah setelah menghantamkan kepala Heidi pada ujung ranjang. Wanita itu paling tidak suka dinasehati.

Kening Heidi terluka dan mengeluarkan cukup banyak darah. Wanita itu merangkak mencoba meraih pintu kamarnya. Tetapi Selena menarik kakinya seperti akan dirinya adalah hewan.

Menyeret Heidi sampai ke balkon kamarnya yang cukup tinggi. Wanita itu membulatkan matanya dan memikirkan apa yang akan dilakukan Selena. Apa wanita itu akan membunuhnya sekarang?

"Lepaskan aku!" Heidi pemberontak kuat sehingga cakalan Selena di kakinya terlepas. Wanita itu berlari masuk kembali ke dalam kamarnya tetapi Selena memukul punggungnya hingga memuntahkan darah.

"Kau harus menjadi peliharaan yang baik." ucap Selena dengan wajah yang amat menyeramkan. Wanita itu tersenyum lebar dengan mata melotot.

"Aku hanya ingin kau cepat bertemu dengan Erika. Bukankah kalian tidak terpisahkan." Selena berbisik bagaikan panggilan maut yang membuat Heidi menelan ludahnya kasar.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang