Iris Belovante seorang gadis vampir yang memilih tinggal di dunia manusia. Menjadi mata-mata adalah hal yang selama ini dia inginkan. Agen! itulah pekerjaannya saat ini. Dia adalah agen profesional yang telah banyak membantu permasalahan di belakang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Iris mengembalikan posisi tidurnya. Kening Gadis itu berkerut samar ketika tangannya menyentuh sesuatu yang hangat. Keras dan terbungkus kulit yang cukup halus.
Lantas mata Iris terbuka dan yang dilihatnya adalah sebuah leher. Iris mengerjapkan matanya beberapa kali sehingga penglihatannya menjadi jelas. Gadis itu lantas memaki kesal ketika yang di hadapannya adalah dada bidang Hansen. Pria itu tertidur tanpa memakai pakaian atas.
Iris merasa jika dirinya masih memakai pakaian lengkap. Sontak Gadis itu menghembuskan nafas lega. Untung saja pria yang berstatus suaminya itu tidak menyentuhnya saat dirinya tidak sadar.
Kemarin Iris merasa tubuhnya sangat lemas karena dicium tanpa henti. Stok udara di dadanya semakin menipis yang membuatnya kesulitan bernafas. Apalagi Iris baru saja pulang dengan berkuda. Tubuhnya belum istirahat sama sekali. Jadi tidak lama kemudian dirinya pingsan di dalam dekapan Hansen.
Dengan kesal Iris mendorong tubuh Hansen sehingga berguling keluar dari tempat tidur. Terdengar bunyi memilukan yang membuat Iris meringis. Pasti itu sangat menyakitkan pikirnya kejam.
Sementara Hansen terbangun karena kaget. Pria itu merasa tubuhnya sakit. Sial sekali dirinya mendapatkan mate yang kasar.
"Kenapa kau mendorongku?" bentak Hansen marah. Pria itu berdiri dengan memegang pinggulnya yang terasa sakit.
Iris tersenyum miring dan melipat tangannya di depan dada. "Salahmu karena tidur di tempatku. Kau memiliki kamar sendiri Tuan yang terhormat." ucapnya dengan nada sakras.
Mendengarnya Hansen lantas berdecak kesal. Mata pria itu melotot tajam tapi tidak membuat Iris takut. "Apa salahnya aku tidur dengan istriku?"
"Oh maaf! Aku tidak pernah menganggapmu sebagai suamiku." bohong Iris. Sebenarnya dia pernah mengakui pria itu sebagai suaminya untuk keuntungannya sendiri.
Hati Hansen sedikit berdenyut sakit. Dia tidak menyangka jika Iris akan mengatakan perkataan yang menyakitkan seperti itu. Padahal dia selalu melakukan yang terbaik untuk gadis itu.
"Lalu siapa yang kau anggap suami? Alfred?"
Iris sebenarnya tidak berpikir seperti itu. Tapi karena Hansen berpikir seperti itu. Jadi kenapa dirinya tidak mengikuti permainannya saja. "Ya."
"Berengsek!"
Hansen menindih tubuh Iris yang lebih kecil daripada dirinya. Pria itu mencium bibir Iris dengan sangat agresif. Kedua tangannya memegang tangan Iris agar tidak memberontak.
Tetapi tentu saja Iris tidak tinggal diam. Gadis itu menaikkan lututnya hingga mengenai pusaka Hansen. Pria itu mengerang kesakitan dan melepaskan Iris.
"Bagaimana jika aku tidak bisa memiliki keturunan karena kau!" kesal Hansen menatap Gadis itu tajam.
Iris turun dari tempat tidur dan menatap Hansen garang. "Aku tidak peduli. Lagi pula aku tinggal mencari pria lain. Apa susahnya?" Setelah mengucapkan itu Iris lantas berlari memasuki kamar mandi.