Iris Belovante seorang gadis vampir yang memilih tinggal di dunia manusia. Menjadi mata-mata adalah hal yang selama ini dia inginkan. Agen! itulah pekerjaannya saat ini. Dia adalah agen profesional yang telah banyak membantu permasalahan di belakang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Iris menghentikan langkahnya ketika melihat para warrior yang membawa Alfred menuju ruangan eksekusi. Sebelumnya wanita itu ingin menemui Hansen, tapi pria itu tidak Dia temui di manapun.
"Lepaskankan dia! Aku tidak mengijinkan kalian membawanya pergi." ucap Iris dengan nada dingin. Mata Gadis itu menyorot tajam membuat kedua warrior yang membawa Alfred bergetar ketakutan.
"Maaf, Queen. Tapi kami hanya mengikuti perintah dari King." ucap salah satu warrior itu. Mereka memaksa lewat, tetapi Iris mengikuti setiap pergerakan mereka.
"Kalo begitu tidak masalah jika aku membunuh kalian." ancam Iris dengan tangan yang sudah memegang belati. Gadis itu memainkan belati yang sangat tajam itu di tangannya.
Kedua warrior itu lantas meneguk ludahnya kasar. Tidak percaya jika gadis berstatus ratu itu bisa menakutkan ini. Ancamannya terdengar tidak main-main.
"Ampun Queen. Jangan bunuh kami, kami hanya menjalankan perintah dari Lord." Kedua warrior itu berlutut di hadapan Iris. Menangkupkan kedua tangan mereka.
"Benar Queen. Tolong jangan mempersulit hidup kami."
Sungguh sial untuk kedua warrior itu. Jika tidak membawa Alfred ke hadapan Hansen. Maka mereka berdua akan mati ditangan rajanya itu. Tetapi jika mereka membawa Alfred ke hadapan Hansen. Iris mengancam membunuh mereka.
Bagaimana ini? Maju kena mundur kena.
"Biarkan mereka membawaku kakak ipar. Aku tidak ingin hidupmu bermasalah karena mencoba menolongku." ucap Alfred dengan nada lemah.
Iris mendengus kesal mendengarnya. Apa-apaan itu! Harusnya bocah tengil ini senang karena dibela olehnya. Meskipun jika menjadi Alfred Iris juga tapi tidak memiliki alasan lagi untuk hidup.
Matenya sudah pergi meninggalkannya. Sang kakak malah menginginkan kematiannya. Dan tidak memiliki pendukung untuk tetap berada di istana. Sangat menyedihkan!
"Benar apa yang dikatakannya. Kau tidak perlu ikut campur jika ingin nyawamu selamat." ucap Hansen dingin. Pria itu datang dengan kedua selirnya.
Lantas Iris melemparkan tatapan penuh kebencian kepadanya. Dia tidak menyangka jika pria di hadapannya ini bukan hanya sekedar brengsek. Tetapi lebih menjijikan dari seorang koruptor.
"Aku tidak mengizinkanmu untuk memberikannya hukuman mati." ucap Iris dengan suara yang sangat lantang. Gadis itu memasang badan di depan Alfred.
Tangan Hansen terkepal kuat. Dia sudah menduga ini akan terjadi. Tetapi rasanya benar-benar begitu menyakitkan melihat orang yang kita cintai. Malah membela pria lain, yang tidak lain adalah adiknya sendiri.
Sungguh lelucon yang benar-benar gila!
"Kau tidak memiliki hak untuk itu. Dia tetap akan diberikan hukuman mati." ucap Hansen begitu dingin. Melebihi dinginnya es di kutub Utara.