S2 Chapter 5: Hansen's frustration

6K 588 12
                                    

Berita tentang bangkitnya Iris membuat beberapa orang menganggap itu hanya berita palsu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berita tentang bangkitnya Iris membuat beberapa orang menganggap itu hanya berita palsu. Karena mereka melihat dengan jelas jika ratu mereka itu mati di tangan rajanya sendiri.

Sungguh mustahil jika ratu mereka itu bangkit. Sebab Iris mati karena tertusuk dua pedang sekaligus. Apalagi pedang Hansen adalah pedang turun temurun yang memiliki kekuatan spesial.

Tetapi beberapa orang ada yang mempercayainya. Mereka yakin jika Iris bukanlah gadis sembarangan. Untuk itulah dia ditakdirkan menjadi mate dari seorang raja vampir.

"Aku bisa makan sendiri!" ketus Iris mengambil alih sendok dari tangan Hansen. Pria itu memperlakukannya seakan dirinya adalah wanita cacat. Iris kesal jadinya!

Hansen menghembuskan nafas pelan. Tangan pria itu terangkat menyelipkan anak rambut Iris yang dengan berani menghalangi wajah gadis itu. "Kondisimu masih belum sepenuhnya pulih. Jadi kau tidak boleh terlalu banyak beraktivitas."

"Kau buta! Jelas-jelas aku hanya duduk dan tiduran di atas tempat tidur. Yang ada tubuhku kaku karena tidak banyak bergerak." omel Iris memelototi Hansen.

Sebuah senyuman kecil tersungging di bibir Hansen. Dia tahu Iris hanya berpura-pura kuat di hadapannya. Gadis itu tidak suka jika dirinya di klaim sebagai wanita lemah. Jadi dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan Hansen.

Cup

Iris lantas menghentikan kegiatan makannya. Gadis itu melotot kepada Hansen yang berani mencuri ciuman darinya. "Tidak bisakah kau membiarkanku makan dengan tenang?" tanya Iris dengan sinis.

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan Iris. Hansen malah mengangkat tangannya dan membersihkan sudut bibir Gadis itu yang belepotan. "Pelan-pelan saja. Tidak akan ada yang merebutnya darimu."

Iris memaki jantungnya yang berdebar kencang. Gadis itu membuang pandangannya dengan pipi yang terasa terbakar.

Hansen tersenyum gemas. Iris benar-benar manis ketika merasa malu. Dia tak sabar menunggu Gadis itu pulih.

"Apakah kau tidak memiliki pekerjaan selain duduk diam di sini?" tanya Iris datar. "Aku bukan orang cacat yang harus ditunggu 24 jam."

Semakin hari bibir Gadis itu semakin pedas. Tidak segan melontarkan kata-kata yang dapat menyakiti hati. Tetapi Hansen tidak mempermasalahkannya. Menurutnya itu adalah cara Iris menyampaikan isi hatinya.

"Aku masih ingin di sini bersamamu."

Iris mendelik sebal. Gadis itu bergerak mendorong tubuh Hansen. "Sudah sana kerjakan tugasmu. Aku tidak mau mendengar Kau dipecat menjadi raja gara-gara mengabaikan tugas."

Sebenarnya ucapan Iris itu sangat tidak masuk akal. Dimana ada raja yang dipecat gara-gara mengabaikan tugas? Lalu apa gunanya kaki tangan kalau begitu?

"Baiklah, tapi kau harus menghabiskan makananmu dan jangan keluar dari kamar ini." ucap Hansen perlu peringatan. Pria itu tidak main-main dengan ucapannya.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang