S2 Chapter 28: Color Day

2.4K 238 4
                                    

Anggap saja Wilson gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggap saja Wilson gila.

Pria yang berstatus kakak sepupu Iris itu bukannya merasa tertekan karena dikurung di dalam penjara. Malah tertawa terbahak-bahak bersama seorang warrior.

Hansen sedikit memberikan keringanan dengan tidak memasukkan Wilson ke dalam penjara yang kumuh. Pria itu memasukkan Wilson ke dalam penjara luas yang cukup nyaman.

Dan entah dari mana datangnya. Ada sebuah papan catur di sana, yang mau tidak mau menjadi sasaran kebosanan Wilson. Akibat diabaikan oleh Hansen yang sibuk mencari Iris.

Ada dua orang warrior yang ditugaskan untuk menjaga Wilson. Mereka dijadikan teman bermain catur. Dan hebatnya Wilson tidak pernah kalah dari mereka. Kedua warrior itu merasa kewalahan karena selalu skakmat oleh Wilson. Meskipun mereka sudah berpikir keras!

Mereka catur dengan posisi papan catur diletakkan di depan penjara Wilson. Warrior duduk tanpa ada penghalang dengan papan catur. Sedangkan Wilson ada jeruji besi yang menghalanginya. Namun tetap saja, tangannya bisa keluar karena jeruji besi itu cukup renggang.

"Aku baru kali ini menemukan tawanan yang senang di penjara."

Suara itu berhasil mengalihkan Wilson dan dua warrior. Kedua warrior itu langsung bangkit dan menundukkan kepalanya. Mereka sedikit ketakutan karena takut dihukum.

"Pangeran Alfred."

"Tidak usah takut, aku hanya menyapa teman lama. Tidak berniat mengganggu kalian. Silakan lanjutkan!" ucap Alfred dengan wajah ramah seperti biasa.

Wilson tersenyum tipis. "Bukankah kau sedang pergi? Kenapa kau kembali?"

Alfred bersandar di dinding. Dengan posisi masih menatap Wilson yang sesekali melihat papan catur. "Aku mendengar keributan di istana. Aku takut jika kakakku berulah lagi. Jadi, aku datang!"

"Apakah sekarang istana dalam keadaan kacau?" tanya Wilson dengan tenang tanpa merasa jika dirinya lah dalang dibalik ini semua.

"Menurutku cukup kacau. Tapi ya, aku sudah terbiasa dengan suasana ini."

Wilson menatap Alfred dengan mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu terbiasa dengan suasana ini?"

Alfred tersenyum penuh makna. "Istana pernah beberapa kali kacau setelah kedatangan kakak ipar. Dan ada yang lebih parah dari sekarang."

Wilson menganggukkan kepalanya. "Ah ya, aku juga pernah mendengar itu."

Cuek sekali pikir Alfred melihat reaksi Wilson. "Apa kau tidak berniat keluar dari sini?" tanya Alfred yang bingung melihat Wilson melakukan penjara bak rumah sendiri. Aneh!

"Tidak!"

Jawaban singkat itu berhasil membuat kedua warrior tersedak dan Alfred kaget. Ya, coba kalian pikiran siapa yang senang di penjara . Mungkin orang gila! "Kenapa?"

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang