Chapter 26: The Problem That Comes Back

7.1K 616 5
                                    

Hansen mengerutkan keningnya bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hansen mengerutkan keningnya bingung. Pria itu menatap sekitarnya namun tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya.

Yang ada hanya gurun pasir tanpa ujung. Sejauh mata memandang hanya pasir putih. Tanpa ada tanda-tanda kehidupan sama sekali.

Perlahan tapi pasti pria itu melangkahkan kakinya. Berjalan di atas pasir dan memanggil semua orang yang dikenalinya. Namun tidak ada jawaban. Sendirian!

"Maaf aku membawamu secara tiba-tiba."

Hansen mengembalikan tubuhnya mendengar suara seorang wanita. Di belakangnya ada seorang wanita cantik yang sudah berumur. Dia memiliki mata merah darah dan tongkat ajaib di tangannya.

"Siapa kau?" tanya Hansen.

"Aku hanya akan mengatakan ini satu kali." ucap wanita itu tanpa menjawab pertanyaan Hansen.

"Kau akan memilih antara keluarga dan kedudukan. Antara kepercayaan dan amarah. Lalu antara mengamati dan melakukan."

"Apa maksudmu?"

"Jika kau tidak bisa memecahkan ketiganya. Maka seumur hidupmu akan dipenuhi penyesalan."

"Ingatlah! Yang bertahan. Dialah yang paling pandai memerankan perannya. Dialah yang berada di belakang layar."

Wanita tersenyum tipis dan perlahan menghilang dari hadapan Hansen. "Pikirkanlah!"

"Aku Seilda Heforian."

Mata Hansen membulat mendengar nama itu. Alkisah, bangsa vampir memiliki orang suci yang selalu mengawasi setiap generasi. Mereka tidak akan menampakan diri jika tidak ada masalah bagi bangsa vampir.

Tetapi mereka akan menampakan diri dan memberi peringatan kepada generasi yang terancam. Agar waspada dengan memberikan mereka teka-teki.

Perasaan Hansen menjadi tidak tenang. Apa selama ini ada yang coba mempermainkannya. Tapi siapa?

Sebuah cahaya menyilaukan mendekati Hansen. Membuat pria itu menutup matanya dan menghalangi matanya dengan tangan. Sangat menyeramkan!

Sebuah kilasan samar membuat Hansen memegang kepalanya yang berdenyut. Pria itu menarik rambutnya karena tidak kuat menahan rasa sakitnya.

"Arrrgh!"

"Hah hah hah."

"Kau baik-baik saja?" tanya Iris bingung. Gadis itu terbangun karena Hansen bergerak gelisah dan tidur tidak tenang.

Mereka tertidur di dalam kereta. Iris meminta Hansen untuk tidak langsung pulang menuju istana setelah dari pasar. Awalnya pria itu menolak karena dirinya memiliki banyak berkas yang harus diurus.

Tetapi bukan Iris namanya jika tidak berhasil membuat keinginannya terkabul. Gadis itu aku berjanji akan menjadi ratu yang baik jika Hansen mengabulkan keinginannya.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang