Chapter 35: Wrong Choice of Opponents

6.2K 585 0
                                    

Di istana Hansen memarahi para warrior yang tidak berhasil membawa Iris kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di istana Hansen memarahi para warrior yang tidak berhasil membawa Iris kembali. Pria itu tidak terima dengan alasan mereka.

"Tiga puluh hari itu waktu yang panjang. Ini pasti hanya akal-akalannya untuk kabur dariku." ucap Hansen kesal. Pria itu terlihat begitu marah seakan istrinya pergi semua.

"Di desa itu ada permasalahan mengenai penyakit aneh. Mungkin Queen bisa menyelesaikannya sendiri. Anggap saja itu pelatihan untuknya sebagai seorang ratu." ucap Great yang membuat Hansen terdiam. Beberapa hari ini wanita itu mengambil alih pekerjaan selir utama.

Karena Iris masih dalam pembelajaran dan Heidi baru pulih. Jadi hanya dirinya yang bisa diandalkan saat ini. Ini sebenarnya terlalu mengejutkan untuk Great.

Tetapi dia bisa apa selain menerimanya dengan patuh. Menolak pun tidak ada guna. Hanya bisa pasrah dengan takdir bermain dengannya saat ini.

"Benar, King. Queen juga pernah mengatakan padaku jika dia merasa tidak berguna. Sebagai ratu dirinya hanya duduk santai di istana tanpa melakukan apapun. Dia sering ingin keluar di sana tapi anda tidak mengizinkan." ucap Heidi menambahi. Wanita itu mengatakan hal jujur karena Iris memang pernah mengatakannya.

Hansen menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kali ini pria itu tidak memiliki alasan untuk menolak. "Bawakan beberapa barang-barang Queen. Pastikan dia mendapatkan kenyamanan di sana!" titahnya pada warrior.

"Bukankah kita memiliki ksatria dari desa itu?" tanya Heidi.

"Ya, aku akan menyuruhnya untuk menjaga Queen. Selama tinggal di desa itu."

Heidi tersenyum tipis, setidaknya itu membuatnya lega. Meskipun Iris berada jauh di istana. Dia yakin Hansen akan menjaganya apalagi setelah insiden beberapa hari yang lalu.

Ditambah lagi ada yang mengincar nyawa Iris. Pastinya Hansen tidak akan diam dan mencari siapa dalangnya. Entah kenapa Heidi merasa hidup Iris akan penuh rintangan ke depannya.

********

Ini sudah larut malam dan Iris masih dalam pencariannya. Gadis itu menaiki kuda yang di bawahnya dari istana. Ternyata kuda itu dirawat oleh Kepala desa. Pria paruh baya yang sungguh baik!

Mungkin pria paruh baya itu memiliki firasat jika kudanya akan sangat bermanfaat. Harus Iris akui jika firasatnya cukup kuat. Andai semua pemimpin negara maupun pemimpin wilayah kecil pengertian itu dan sepeka itu. Dunia pasti tidak akan ada yang namanya sengsara karena koruptor ataupun pemerintah yang tidak adil.

"Aku tidak mungkin kembali ke desa. Jaraknya cukup jauh dan ini sudah hampir tengah malam." gumam Iris menghentikan laju kudanya. Kemudian mengikatnya pada sebuah pohon besar.

Gadis itu berjalan mendekati sungai. Iris memang berjalan di sepanjang sungai tapi dia belum menemukan hulunya. Gadis itu kembali mencium aroma air sungai.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang