S2 Chapter 33: Weakest Point

2.2K 215 7
                                    

"Aaaaaa!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaaaaa!"

Lily berteriak ketakutan melihat kedatangan Hansen yang tiba-tiba. Mengingat pria itu sedang diburu banyak orang, karena disangka vampir. Membuat Lily hampir berteriak kembali, jika Hansen tidak menutup mulutnya.

Mata gadis itu membulat dengan penuh rasa takut. Bahkan tubuhnya sampai bergetar dengan keringat dingin yang keluar dari kulitnya.

"Aku tidak akan melakukan apapun padamu, jika kau diam. Mengerti!" ucap Hansen dingin.

Demi keselamatan nyawanya, akhirnya Lily menganggukkan kepalanya. Kemudian Hansen melepaskan bekapan tangannya di mulut Lily. Mata pria itu menelusuri sekitar kemudian berjalan memasuki kamar Iris.

Namun, karena orang yang dicarinya tidak dapat dia temukan. Hansen kembali ke tempat Lily. Gadis itu mematung tanpa bergerak sedikit pun dari tempat tadi. Mungkin karena sedikit syok! Lily hampir menangis.

"Dimana Iris?"

Lily menggerakkan tangannya dan menunjuk pintu dengan kaku. "Dia baru saja keluar beberapa menit yang lalu."

Hanya dalam satu kali kedipan Hansen sudah tidak berada di depan Lily. Gadis itu duduk dengan lemas di kursi ruang tamu. Matanya menatap kosong ke depan sembari bergumam. "Dia benar-benar vampir." Lily tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Jadi, hanya bisa berdoa semoga sahabatnya baik-baik saja.

Tidak lama kemudian, Regil masuk ke dalam apartemen Lily, lantas gadis itu langsung berdiri tegak. Mungkin karena dia mengira itu adalah Hansen. Jadi, dirinya sangat takut hingga tidak bisa mengendalikan rasa tubuhnya.

"Apa Hansen baru saja datang kemari?" tanya Regil. Pria itu khawatir dengan keadaan Lily dan dia tidak bisa mencium sedikitpun aroma milik Iris.

Lily menganggukan kepalanya, mata gadis itu berkaca-kaca, kemudian tubuh gadis itu semakin lemas dan pingsan. Regil yang kaget dengan sigap menangkap tubuh Lily yang hampir jatuh.

"Lily!"

********

Kota semakin ramai akibat pemburuan vampir yang viral karena sebuah video. Banyak orang yang menggunakan alat pendeteksi vampir. Jadi, ke mana pun Hansen pergi pria itu selalu bisa ditemukan oleh manusia.

Ini karena dirinya tidak sengaja terekam oleh manusia yang sedang melakukan vlog. Menelusuri wilayah sekitar menggunakan drone. Sungguh sial! Untung saja wajahnya tidak jelas.

Saat itu Hansen marah pada dirinya sendiri. Hatinya benar-benar sakit karena perkataan Iris dan pengusiran yang dilakukan oleh wanita itu. Jadi, Hansen melampiaskannya pada sebuah bangunan yang sudah tidak ditempati. Pria itu membuat bangunan itu seperempat hancur.

Setelah berhasil mengendalikan emosinya, Hansen hampir ditangkap jika tidak sadar bahwa orang-orang sedang mengincar dirinya. Pria itu baru mengetahui jika dirinya viral di internet, ketika tidak sengaja mendengar percakapan dua orang gadis yang sedang berbelanja. Keduanya membicarakan video yang baru saja viral 2 jam yang lalu.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang