Iris Belovante seorang gadis vampir yang memilih tinggal di dunia manusia. Menjadi mata-mata adalah hal yang selama ini dia inginkan. Agen! itulah pekerjaannya saat ini. Dia adalah agen profesional yang telah banyak membantu permasalahan di belakang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hua... Kau jahat sekali, Iris. Ku kira kau sudah mati dan meninggalkanku." Lily memeluk tubuh Iris seakan tidak ada hari esok.
"Se.. sak!" Iris mencoba melepaskan pelukan Lily namun sulit.
"Kakka, kau membuat bibiku kesulitan bernafas." ucap Keel mencoba memisahkan keduanya.
Lily melepas pelukannya dan menatap Keel bingung. Mata gadis itu beralih pada Iris yang menatapnya sebal. "Kau sudah memiliki anak? Astaga! Siapa ayahnya?" Lily memegang lengan Iris dan menarik kedepan kebelakang. Hingga membuat sahabatnya itu pusing.
"Lily!" bentak Iris. Lantas membuat Lily melepaskan tangannya dari tubuh Iris dan menunduk.
"Ma.. maaf, aku terlalu senang melihat kau kembali." sesal Lily yang membuat Iris menghembuskan nafas berat.
Tangan Iris terulur dan memeluk tubuh sahabatnya itu. Lily tersentak kaget hingga membulatkan matanya. Tak lama mata kemudian mata Gadis itu berair. Membalas pelukan Iris tidak kalah erat.
"Kau jahat, Iris."
"Aku tahu." balas Iris dengan senyum samar.
"Kau pikir aku tidak akan pernah melihatmu lagi, hiks." Iris bisa merasakan jika tangan Lily mencengkram pakaiannya. Sahabatnya itu ketakutan.
"Mereka mengatakan jika kau mati saat bertugas. Aku tidak percaya karena jasadmu tidak ditemukan. Tapi kau tidak pernah pulang hingga aku putus asa, berpikir mungkin kau memang sudah pergi."
Iris tersenyum kecil begitu juga dengan Iria yang berada di belakang gadis itu. Tangannya mengusap rambut Keel yang menetap bingung pada Iris dan Lily.
Aku lega kau memiliki orang yang peduli, kakak. Batin Iria senang.
Iria sering kali mengkhawatirkan keadaan kakaknya. Sebab Dia tidak tahu apakah Iris masih hidup atau tidak saat itu. Tetapi saat ini dirinya bisa melihat jika kakaknya baik-baik saja dan hidup serba berkecukupan.
Ternyata air terjun yang mereka lewati terhubung pada hutan Vitran. Hutan yang berhubungan dengan tempat pelatihan khusus para agen muda.
Karena Iris pernah hidup beberapa tahun di sana saat latihan. Jadi gadis itu tahu jalan untuk pulang ke apartemen.
******
Di istana, Hansen marah-marah kepada para warrior karena tidak menemukan Iris. Pria itu tidak segan melayangkan pedangnya pada warrior yang berani melawannya.
"Kalian tidak becus menjalankan tugas!"
Para warrior hanya bisa menundukkan kepala mereka dengan tubuh bergetar ketakutan melihat amarah Hansen. Padahal pria itu jarang sekali marah. Namun jika sekali marah bisa membuat istana ikut bergetar.
"King, kami menemukan aroma Queen menghilang di perbatasan." ucap seorang kepala warrior.
Alis Hansen terangkat dan menatap warrior itu tajam. "Jika kerja kalian tidak lamban. Queen pasti sudah ditemukan!"