Chapter 42: Out of control

6K 574 10
                                    

"Queen sudah pulang, King

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Queen sudah pulang, King."

Hansen meminum darah yang berada di cawan emas miliknya. Mata pria itu menyorot ke depan tanpa ekspresi. Pria itu membasahi bibirnya dengan lidah basah.

"Tapi-- Queen kembali bersama pangeran Alfred."

Kini wajah Hansen menunjukkan ekspresi bingung. "Di mana dua ksatria yang kusuruh untuk menjaganya."

Kaki tangannya itu bergetar ketakutan melihat tatapan Hansen yang penuh intimidasi. "Mereka sudah sampai lebih dulu daripada Queen."

Hansen memasang wajahnya menjadi begitu dingin. Dia benar-benar tidak habis pikir mengapa istrinya itu bisa pulang bersama Alfred. Kenapa dia tidak ikut saja pulang bersamanya. Sebenarnya di sini suaminya itu siapa?

Sebuah senyum kecut tersunging di bibir Hansen. Pria itu tidak sadar jika dirinya merasa kecewa dan cemburu secara bersamaan. Dia semakin tidak menyukai kedekatan sang istri dengan adiknya itu. Menurutnya mereka terlalu dekat!

Kadang Hansen ingin sekali melayangkan pukulan ke wajah Alfred. Tetapi dia tidak ingin Iris menjadi semakin dingin padanya. Semakin hari gadis itu semakin sulit untuk disentuh. Seakan sengaja membangun tembok tak kasat mata di antara mereka berdua.

"Apa Alfred sudah memiliki mate?" tanya Hansen bangkit dari duduknya.

"Sudah, King. Menurut informasi pangeran Alfred memiliki mate manusia."

Sebuah senyuman misterius tersungging di bibir Hansen. "Kirimkan orang untuk menemui mate Alfred."

********

"Kau tahu wajahnya terlihat begitu cemburu ketika aku mengatakan akan menyusulmu." ucap Alfred dengan tawa lucu. Dia masih mengingat wajah cemburu sang kakak pada saat itu.

Sebelah alis Iris terangkat tinggi. Jelas Dia sedikit tidak mempercayai ucapan adik iparnya itu. "Kau membual. Dia tidak akan pernah merasa cemburu padaku."

Iris tentunya tidak akan percaya jika Hansen mencintainya. Pria itu sudah memiliki banyak selir dan bersama mereka begitu lama. Pasti di salah satu selirnya itu ada wanita yang dia cintai. Sangat mustahil jika tidak ada!

Sebuah senyum miring tersunging di bibir Alfred. Mata pria itu berbinar penuh rasa tertarik. "Bagaimana jika kita taruhan."

"Aku tidak tertarik. Taruhan dengan bocah sepertimu pasti tidak menantang." ketus Iris. Gadis itu berjalan dengan mata menatap ke depan.

"Ow.. kau meremehkanku kakak ipar. Kau yakin tidak ingin melihat apakah dia benar-benar mencintaimu atau tidak."

Langkah kaki Iris terhenti. Tawaran Alfred sedikit menggiurkan tapi jika pun pria itu mencintainya. Itu tidak dapat mengubah keadaan. Dia tetap akan menjadi pria brengsek di matanya.

Regret, In Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang